Kamis, 31 Maret 2016

Sejarah Samarinda Diulas di FKIP Unmul


Duduk dari kiri ke kanan: M. Rizaldo (moderator), Muhammad Sarip (penulis buku Samarinda Bahari & Sungai Mahakam), Ellie Hasan (kurator Galeri Samarinda Bahari), Roedy Haryo Widjono (sejarawan), dan Asman Aziz (dosen Universitas Nahdhatul Ulama).
Talkshow kelima yang melibatkan Komunitas Samarinda Bahari, berlangsung di gedung aula Kampus FKIP Universitas Mulawarman, Jl. Banggeris, Samarinda (31/3). Acara bertema "Sejarah Samarinda Bahari" ini dibuka resmi oleh Wakil Dekan II FKIP Unmul, Dr. H. P.M. Labuan, M.Pd.
Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah (HMPS) FKIP Unmul sebagai panitia penyelenggara menghadirkan empat narasumber dengan kapasitas beragam. Para peserta dari kalangan mahasiswa dan dosen FKIP Unmul. Di antara akademisi yang mengikuti acara dari awal hingga selesai adalah Dr. M. Jamil, S.Pd, M.Ap (Ketua Program Studi Konsentrasi Pendidikan Sejarah), Dr. Suryaningsih, S.Pd, M.H, dan M. Sofyan, S.Pd, M.Pd. Sementara itu, di tengah kesibukannya, Dekan FKIP, Prof. Dr. H.M. Amir M., M.Kes, juga menyempatkan hadir.
Roedy Haryo Widjono sebagai sejarawan dan budayawan Kalimantan memaparkan materi pelestarian kebudayaan dan pentingnya penulisan sejarah dengan aneka metode. Ia juga menyesalkan 'pemaksaan' perubahan peradaban Samarinda dari maritim ke peradaban darat. Beberapa ungkapannya yang bergaya humoris namun bermakna filosofis, cukup mencairkan suasana.
Ellie Hasan, pemilik dan kurator Galeri Samarinda Bahari, mendeskripsikan Samarinda tempo dulu dengan tayangan foto-foto kuno koleksinya. Baginya, kisah lika-liku kehidupan keluarganya yang dari beragam etnis merupakan bagian dari sejarah peradaban Samarinda. Di antara leluhurnya merupakan tokoh-tokoh lokal, seperti Aminah Syukur, Abdoel Moeis Hassan, Lasiah Sabirin, dll.
Asman Azis, Direktur LSM Naladwipa Institue dan juga dosen Universitas Nahdhatul Ulama (UNU), menekankan urgensi pembelajaran sejarah guna mempertahankan jati diri sebuah masyarakat. Ia membagikan ungkapan, "Jika ingin menghancurkan suatu bangsa, hilangkanlah pengetahuan histori dari bangsa itu."
Sementara itu, Muhammad Sarip, penulis buku "Samarinda Bahari, Sejarah 7 Zaman Daerah Samarinda", selain diminta moderator, M RizAldo, menguraikan latar belakang penulisan buku sejarah Samarinda, juga mengajak para mahasiswa HMPS FKIP Unmul aktif menulis materi kesejarahan lokal. Secara khusus, mahasiswa perlu mempelajari jurnalistik, yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas tulisan.
Menjelang akhir acara, peserta dari mahasiswa yang mengajukan pertanyaan mendapatkan hadiah suvenir unik dari Ellie Hasan. Ini sebagai motivasi bagi mahasiswa, karena berani berbicara di depan umum, minimal bertanya, merupakan awal produktivitas dan berkarya.

Penulis: Arief Rahman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar