Tampilkan postingan dengan label Zaman Kerajaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Zaman Kerajaan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Maret 2025

Kutai Kartanegara: Jejak Sejarah Islam dan Budaya di Kalimantan Timur | Ensiklopedia Islam

 
Tayang perdana pada 11 Maret 2025 di TVRI Nasional

Napak Tilas Kutai Kartanegara membawa Anda dalam perjalanan mendalam untuk mengungkap peran penting Kalimantan Timur, khususnya Kutai Kartanegara, dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Program ini mengajak pemirsa untuk menelusuri jejak-jejak sejarah yang membentuk identitas Islam di wilayah ini, dari kedatangan Islam pada abad ke-16 hingga pengaruhnya yang kuat dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini.

Rabu, 20 Desember 2023

Dialog Sejarah Kerajaan Tertua Indonesia di Kanwil DJPb Kaltim

Samarinda, SejarahKaltim.com

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPb) Kalimantan Timur mengadakan Dialog Sejarah bertema “Lahirnya Kerajaan Tertua di Indonesia”. Kegiatan di aula instansi vertikal Kementerian Keuangan RI ini pada Rabu (20/12/2023) menghadirkan sejarawan Muhammad Sarip sebagai narasumber.

Senin, 28 November 2022

Museum Eks Istana Sultan Kutai Bukan Hadiah Belanda

Bekas istana Sultan Kutai di Tenggarong yang dijadikan museum, Desember 2022 (foto: Muhammad Sarip)

© Muhammad Sarip

Sebuah bangunan museum nan megah hadir di Kota Tenggarong sejak tahun 1971. Lima tahun kemudian museum itu bernama lengkap Museum Negeri Mulawarman. Museum itu tampak mencolok sendirian karena Tenggarong hanyalah kota kecil di pinggir Sungai Mahakam. Kok bisa begitu?

Jadi begini riwayatnya.

Sabtu, 26 November 2022

Mulawarman di Timur Kalimantan: Merdeka dan Gembira Belajar Sejarah

Samarinda, SejarahKaltim.com


Acara bertajuk “Mulawarman di Timur Kalimantan: Merdeka dan Gembira Belajar Sejarah” dilaksanakan di Kampus Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Sabtu (26/11/2023).

Sejarawan Muhammad Sarip menjelaskan sejarah Kaltim zaman awal ditemukannya prasasti yupa. Peserta mahasiswa yang hadir bukan dari warga Kalimantan Timur, karena dikhususkan untuk program Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 program MBKM Modul Nusantara.

Kamis, 30 April 2020

Yang Sebenarnya dari Lesong Batu di Muara Kaman


Kementerian Penerangan RI tahun 1953 mengungkap, di Muara Kaman ditemukan tiang batu bekas pemujaan. Penduduk setempat menamainya Lesong Batu.

Rabu, 15 April 2020

Menyingkap Asal Usul Martapura dan Martadipura di Kerajaan Kutai Kertanegara


Yang tersohor bukan berarti benar. Yang kurang dikenal belum tentu salah. Kebenaran tidak diukur dari popularitas dan suara terbanyak. Kebenaran ditimbang dengan fakta dan kaidah ilmiah.

Kata Martadipura telanjur terkenal. Ada nama Jembatan Martadipura di Kabupaten Kutai Kartanegara. Ada tambahan ing Martadipura di akhir nama Kesultanan Kutai Kertanegara yang dihidupkan kembali sejak 2001

Bagaimana dengan Martapura? Apa bedanya dengan Martadipura? Apakah Martapura hanya sebuah nama kota di Kalimantan Selatan? 

Jumat, 10 April 2020

Salah Paham Lembu Suwana, Satwa Mitologis Kutai yang Dikira Milik Mulawarman


Patung lembu suwana di Museum Mulawarman Tenggarong.
Fotografi Muhammad Sarip, 2013.
Tanah Kutai pada masa lampau mempunyai dua kerajaan besar. Pertama, Kerajaan Martapura yang didirikan Aswawarman putra Kundungga. Di buku-buku sekolah, kerajaan ini disebut dengan nama Kerajaan Kutai yang diklaim sebagai kerajaan tertua di Nusantara. Pusatnya di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam. Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 400 Masehi dengan pemimpin yang terkenal, Maharaja Mulawarman.

Senin, 30 Maret 2020

Ketika Nama Kundungga, Raja Pertama Kutai Martapura, 'Dikudeta' oleh Kudungga


Prasasti yupa. Foto KITLV
Publik telanjur mengenalnya dengan nama Kudungga. Sebuah nama yang merujuk kepada raja pertama Kutai Martapura yang berdiri di Muara Kaman. Kudungga yang dimaksud tidak lain kakek dari Mulawarman, raja termasyhur Kutai Martapura yang berkuasa pada abad kelima. Kerajaan di hulu Sungai Mahakam ini adalah yang tertua di Indonesia. 

Minggu, 24 Februari 2019

170 Tahun Naskah Salasilah Kutai


Tanggal 24 Februari 2019, tepat 170 tahun silam naskah “Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara” selesai ditulis. Manuskrip beraksara Jawi alias Arab-Melayu ini digarap oleh juru tulis istana bernama Khatib Muhammad Tahir. Orang Banjar ini menyelesaikan tulisannya pada 24 Februari 1849 atau 30 Rabiul Awal 1265 H.

Jumat, 05 Oktober 2018

Dua Pangeran Kutai ke Belanda Hadiri Penobatan Ratu Wilhelmina

Di antara kisah kedekatan Sultan Kutai, Aji Muhammad Sulaiman dengan pemerintahan Hindia Belanda adalah dikirimnya dua putra mahkota ke Belanda. Mereka adalah Amidin dan Hassanoedin. Bahkan kedua pangeran itu, turut hadir dalam Penobatan Ratu Wilhelmina, 9 September 1898.

“1898—De Sultan van Koetei zendt twee zoons naar Holland, Om hem te vertegenwoordigen by de inhuldigingsfeesten; hy wordt benoem tot Commandeur in de Orde van Oranje Nassau, zyn oudste zoon tot officier in die orde. Verder sluit hy eenige suppletoire overeenkomsten ter aanvulling van het politiek contract,” tulis Eisenberger dalam Kroniek der Zuider-En Oosterafdeling van Borneo.

Kamis, 27 September 2018

Asal Usul Tepian Pandan Jadi Tenggarong

Lima puluh tahun setelah beristana di Pemarangan-Jembayan, Kesultanan Kutai Kertanegara memindahkan ibu kotanya ke Tenggarong pada 28 September 1782. Naskah asli Salasilah Kutai yang ditulis tahun 1849 (bukan buku yang berjudul Salasilah Kutai terbitan 1979 dan 1981) tidak mengungkap alasan pemindahan tersebut. Namun, terdapat alasan yang masyhur dari folklor (cerita rakyat) bahwa Jembayan dianggap tidak bertuah lagi sehingga perlu mencari lokasi yang baru untuk istana sultan.

Sabtu, 21 April 2018

Emansipasi Perempuan Kutai Zaman Dulu

Ratusan tahun sebelum kelahiran Raden Ajeng Kartini 21 April 1879, masyarakat Kutai di daratan timur Pulau Kalimantan sudah mempraktikkan kesetaraan gender secara riil. Persamaan derajat laki-laki dan perempuan itu pun dalam bidang yang strategis, yakni politik pemerintahan.

Rabu, 09 Agustus 2017

Sejarah Pua Ado, Kepala Polisi Banjar, dan Pangeran Bendahara di Samarinda Tempo Dulu

Penulisan sejarah memang dinamis dan tidak ada yang bersifat final. Revisi akan terus dilakukan seiring terungkapnya sumber yang tersembunyi dan tersingkapnya tabir yang menutupi sejarah.
Saya memperoleh salinan naskah "Salasila Bugis di Kutai" yang termaktub dalam hasil riset karya Solco Walle Tromp tahun 1887 berjudul "Eenige Mededeelingen Omtrent de Boeginezen van Koetai". Tulisan berbahasa Belanda dan Melayu kuno ini diterjemahkan serta disadur ke dalam bahasa Indonesia oleh seorang peneliti di Universitas Leiden-Belanda, bernama Frieda Amran. Saya kemudian berkorespondensi dengan antropolog kelahiran Sumatra Selatan tersebut.

Jumat, 07 Juli 2017

Integrasi Kutai Kertanegara dalam Negara Federal Majapahit

Naskah kuno Salasilah Kutai (1849) merupakan karya tulis pujasastra sekaligus berfungsi sebagai sumber sejarah. Sebagai tulisan dari perspektif intern Kutai, naskah tersebut tidak mengungkap status Kutai Kertanegara sebagai bawahan dari Kerajaan Majapahit. Namun, secara tersirat, superioritas dan hegemoni Majapahit tampak dari riwayat berkunjungnya Raja Kutai Kertanegara ke-3 pada abad XIV ke ibu kota Kerajaan Majapahit.
Kala itu, Maharaja Sultan dan saudaranya yang bernama Maharaja Sakti, dari Kutai Lama melakukan studi banding ke Kerajaan Majapahit. Di istana Majapahit, mereka bertemu dengan Patih tersohor, Gajah Mada. Mereka menimba ilmu ketatanegaraan, tata krama, dan kebudayaan dari Raja Berma Wijaya (Brawijaya). Hal ini mengindikasi kedudukan Majapahit yang lebih tinggi dari aspek peradaban maju sebagai pusat ilmu pengetahuan.

Kamis, 05 Januari 2017

Sejarah Samarinda dari Masa ke Masa

Samarinda ialah ibu kota Provinsi Kalimantan Timur, kawasan dataran rendah di pesisir timur Pulau Kalimantan. Daratan geografi Samarinda dibelah oleh Sungai Mahakam selebar ±400 meter dan diiris oleh sekitar 34 anak dan cabang Sungai Mahakam.
Perkembangan permukiman di wilayah Samarinda bermula dari eksistensi lima kampung di sebelah utara Sungai Mahakam yaitu Pulau Atas, Sambutan, Karang Mumus, Karang Asam, dan Loa Bakung serta satu kampung di selatan Mahakam yakni Mangkupalas. Keenam kampung tersebut merupakan komunitas kuno Samarinda yang eksis minimal sejak abad ke-13 Masehi (kisaran tahun 1200-an), sebelum berdirinya Kerajaan Kutai Kertanegara di Kutai Lama tahun 1300.

Sabtu, 14 November 2015

Misteri Kelompok Masyarakat Penghuni Awal Samarinda


Gambar terlampir adalah 5 lokasi dari 6 wilayah yang disebutkan dalam "De Kroenik van Koetai" tulisan Constantinus Alting Mees, hasil disertasinya yang kemudian diterbitkan pada kisaran tahun 1935. Mees sendiri mendapatkan naskah aslinya yang ditulis dalam huruf Arab oleh Chatib Muhammad Tahir pada 30 Rabiul Awal 1265 H (24 Februari 1849 M), bertutur perikehidupan sejak kisaran tahun 1300-an Masehi.