Minggu, 11 Desember 2022

Talkshow UGTV: Kembalinya Pusat Peradaban ke Bumi Kalimantan


Sebuah gelar wicara yang membahas aspek historis dan lingkungan Kalimantan Timur terkait pembangunan Ibu Kota Nusantara.

 

1. Sejarah Kerajaan Martapura dinasti Aswawarman putra Kundungga

2. Perbedaan antara Kerajaan Martapura (Muara Kaman) dan Kerajaan Kutai Kertanegara

3. Eksistensi Kutai dari era Hindu, Islam, Hindia Belanda, hingga zaman Republik

4. Ibu Kota Nusantara sebagai pusat peradaban baru Indonesia

5. Visi pembangunan IKN yang ramah lingkungan

Senin, 28 November 2022

Museum Eks Istana Sultan Kutai Bukan Hadiah Belanda

© Muhammad Sarip

Sejarawan Publik Kaltim

Sebuah bangunan museum nan megah hadir di Kota Tenggarong sejak tahun 1971. Lima tahun kemudian museum itu bernama lengkap Museum Negeri Mulawarman. Museum itu tampak mencolok sendirian karena Tenggarong hanyalah kota kecil di pinggir Sungai Mahakam. Kok bisa begitu?

Jadi begini riwayatnya.

Rabu, 17 Agustus 2022

Tugu Tak Terawat dan Literasi Sejarah yang Minim

Perang di Samarinda Baru Muncul Usai Proklamasi Kemerdekaan

Tugu Palagan di Teluk Lerong (foto Kaltim Post)

Samarinda memang tak seperti Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, yang memperingati peristiwa perlawanan melawan penjajah tiap tahun. Maka tak sedikit warga Samarinda lebih tahu ada peristiwa heroik di Sangasanga. Kisah kian kelam, ketika tugu untuk mengenang perlawanan melawan penjajah rusak. Padahal, kisah pejuang di Samarinda tak kalah heroik.

Minggu, 19 Juni 2022

UGTV: Peran Sejarah dalam Pembangunan IKN

Sebuah perguruan tinggi di ibu kota [lama] tertarik untuk mendiskusikan sejarah Kalimantan Timur dalam konteks pemindahan Ibu Kota Negara (IKN).

Disiarkan langsung melalui channel 32 UHF TV Digital. Live streaming di tv.gunadarma.ac.id dan ugtv.co.id.

Sebuah talkshow dari TV Universitas Gunadarma Depok.

UG Talk Exclusive
"Peran Sejarah dalam Pembangunan IKN"
Senin, 20 Juni 2022
08:30–10:00 WIB
Host:
Dr. Ir. Pancawati Dewi, M.T., IAI (Universitas Gunadarma)
Narasumber:
Muhammad Sarip (Sejarawan Kalimantan Timur)
Dr. Ir. Raziq Hasan, M.Ars. (Universitas Gunadarma)

Minggu, 22 Mei 2022

Talkshow Mengenal Sejarah dan Budaya Samarinda

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda mengadakan talkshow bertema "Mengenal Sejarah dan Budaya Samarinda" pada Senin, 23 Mei 2022.

Gelar wicara di Museum Samarinda ini menghadirkan tiga narasumber. Pembicara pertama adalah Kepala Disdikbud Samarinda, Dr. H. Asli Nuryadin. Pembicara kedua adalah Syafruddin Pernyata, seorang sastrawan dan budayawan. Pembicara berikutnya adalah sejarawan Muhammad Sarip.

Talkshow yang dihadiri para guru IPS SMP ini dipandu oleh Achmad Mushlih Navis dari Rumah Seniman Samarinda.

 

Sabtu, 26 Februari 2022

Suku Asli di Kaltim Bakal Seperti Betawi di Jakarta?

© Muhammad Sarip

Etnik dan kultur Betawi di DKI Jakarta disinyalir hampir tinggal nama belaka. Bagaimana dengan suku asli di Kalimantan Timur kelak di Ibu Kota Nusantara?

Selasa, 25 Januari 2022

Ibu Kota Baru dalam Perspektif Sejarawan Jakarta dan Kaltim

Sebuah talkshow persembahan Ikatan Pelajar Mahasiswa Kutai Kartanegara Kalimantan Timur yang bermarkas di Yogyakarta.

Tema: "Nusantara: Ibu Kota Baru Indonesia"

Narasumber:

JJ Rizal (Sejarawan Jakarta)

Muhammad Sarip (Sejarawan Kalimantan Timur)

Moderator: Tengku Syarif

Rabu, 26 Januari 2022

15:00-17:00 WIB

Luring & daring



Senin, 06 September 2021

Belajar dari Sejarah 140 Tahun Carl Bock ke Samarinda

Tanggal 16 Juli 2019, tepat 140 tahun silam Samarinda dikunjungi Carl Bock. Nama Carl Bock tersohor sebagai penulis buku legendaris mengenai penduduk Pulau Kalimantan. Buku itu fenomenal karena judulnya yang horor, yakni The Head-Hunters of Borneo alias Para Pemburu Kepala Kalimantan. Bukunya terbit di London pada 1882 atau tiga tahun usai ekspedisinya ke Pulau Kalimantan.

Selasa, 20 Oktober 2020

Peraturan Mendikbud No. 72 Tahun 2016 tentang Pedoman Penulisan Tokoh Sejarah

Salinan Peraturan Mendikbud No. 72 Tahun 2016 tentang Pedoman Penulisan Tokoh Sejarah ini berformat PDF dan berisi 32 halaman. Silakan unduh (download) di sini.


Artikel lain

Selasa, 15 September 2020

Mengupas Taman Nasional Kutai dan Sejarahnya

“Setelah sudah maka Aji Batara Agung Dewa Sakti pun berkumpullah laki-istri. Maka putri itu pun mengidamlah ia hendak baturan lulu sumpitan. Maka Aji laki itu pun pergilah menyumpit lulu ke Kutai. Maka tiada mendapat lulu yang lain. Hanya tupai saja seekor makan buah petai. Lalu disumpitnya maka kenalah tupai itu, gugur ke tepian mampi. Maka dikelilinginyalah benua itu. Maka bunyi Aji itu, "Terlalu baik negeri ini. Baiklah aku pindah ke negeri ini, berbuat negeri di sini." Maka tanah itulah tempat Aji itu berdiri menyumpit tupai itu, tanah itulah yang bernama Kutai, karena tanah itu tinggi sendirinya.”

Minggu, 05 Juli 2020

Mengadili Ulang Sultan Hamid II: Antara Pahlawan dan Pengkhianat

Oleh Muhammad Sarip

Ada yang berbeda dari webinar Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) yang saya ikuti hari Minggu alias Ahad ini (5 Juli 2020). Selesai Zoom Meeting, peserta tidak otomatis akan mendapatkan e-sertifikat.

Rupanya panitia jeli melihat situasi. AGSI yang sudah lebih dari 30 kali mengadakan webinar selama pandemi Covid-19 tentu tidak ingin menjadi pabrik e-sertifikat. AGSI berusaha mencegah timbulnya para kolektor dan pemburu e-sertifikat yang tidak berfaedah bagi literasi.

Selasa, 12 Mei 2020

Bentuk Pengurus Baru, MSI Kaltim Adakan Webinar Sejarah Lokal Terkait Harkitnas


Samarinda, SejarahKaltim.com
Setelah dua dekade vakum, Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Kalimantan Timur kembali aktif. Kegiatan perdana adalah pelaksanaan seminar secara daring atau webinar bertema “Kalimantan Timur dalam Sejarah Kebangkitan Nasional” pada Kamis, 21 Mei 2020 pukul 10.00–12.00 Wita.

Jumat, 01 Mei 2020

Riwayat Pendidikan Pribumi di Samarinda 1940–1945


A.M. Sangadji dan Abdoel Moeis Hassan, pendiri Balai Pengadjaran dan Pendidikan Rajat 1942.
Sumber foto: Republik Indonesia Provinsi Kalimantan, 1953
Artikel ini merupakan kutipan dari sebuah makalah yang dipresentasikan dalam Seminar Nasional Kepahlawanan Abdoel Moeis Hassan di Aula Bankaltimtara Samarinda, 25 Juni 2019. Kutipan diambil dari bab “Mendirikan Balai Pengajaran dan Pendidikan Rakyat bersama A.M. Sangadji”. Penulisnya adalah Wajidi, sejarawan dan peneliti di Balitbangda Provinsi Kalimantan Selatan.
***

Kamis, 30 April 2020

Yang Sebenarnya dari Lesong Batu di Muara Kaman


Kementerian Penerangan RI tahun 1953 mengungkap, di Muara Kaman ditemukan tiang batu bekas pemujaan. Penduduk setempat menamainya Lesong Batu.

Rabu, 15 April 2020

Menyingkap Asal Usul Martapura dan Martadipura di Kerajaan Kutai Kertanegara


Yang tersohor bukan berarti benar. Yang kurang dikenal belum tentu salah. Kebenaran tidak diukur dari popularitas dan suara terbanyak. Kebenaran ditimbang dengan fakta dan kaidah ilmiah.

Kata Martadipura telanjur terkenal. Ada nama Jembatan Martadipura di Kabupaten Kutai Kartanegara. Ada tambahan ing Martadipura di akhir nama Kesultanan Kutai Kertanegara yang dihidupkan kembali sejak 2001

Bagaimana dengan Martapura? Apa bedanya dengan Martadipura? Apakah Martapura hanya sebuah nama kota di Kalimantan Selatan? 

Jumat, 10 April 2020

Salah Paham Lembu Suwana, Satwa Mitologis Kutai yang Dikira Milik Mulawarman


Patung lembu suwana di Museum Mulawarman Tenggarong.
Fotografi Muhammad Sarip, 2013.
Tanah Kutai pada masa lampau mempunyai dua kerajaan besar. Pertama, Kerajaan Martapura yang didirikan Aswawarman putra Kundungga. Di buku-buku sekolah, kerajaan ini disebut dengan nama Kerajaan Kutai yang diklaim sebagai kerajaan tertua di Nusantara. Pusatnya di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam. Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 400 Masehi dengan pemimpin yang terkenal, Maharaja Mulawarman.

Senin, 30 Maret 2020

Ketika Nama Kundungga, Raja Pertama Kutai Martapura, 'Dikudeta' oleh Kudungga


Prasasti yupa. Foto KITLV
Publik telanjur mengenalnya dengan nama Kudungga. Sebuah nama yang merujuk kepada raja pertama Kutai Martapura yang berdiri di Muara Kaman. Kudungga yang dimaksud tidak lain kakek dari Mulawarman, raja termasyhur Kutai Martapura yang berkuasa pada abad kelima. Kerajaan di hulu Sungai Mahakam ini adalah yang tertua di Indonesia. 

Senin, 23 Maret 2020

Pandemi Influenza di Kaltim Seabad Silam


Masyarakat di pasar Samarinda 1920. Sumber: KITLV
Satu abad yang lalu, tepatnya tahun 1918, wabah influenza menyebar ke seluruh dunia. Bermula bulan Januari, ribuan tentara Prancis menemui ajalnya di parit-parit pertahanan. Mereka mati bukan karena tembakan bedil dan serangan bom. Tetapi, penyakit flu ganas yang telah menewaskan mereka.

Senin, 03 Februari 2020

Saat Kedatangan Jepang ke Samarinda Tahun 1942

Tujuh puluh delapan tahun silam, pada tanggal 3 Februari 1942, balatentara Jepang bergerak menuju Samarinda dari Sanga-Sanga. Pagi harinya situasi kota Samarinda sepi karena sebagian penduduk mengungsi akibat kekhawatiran terjadi pertempuran dahsyat atau pembombardiran kota oleh pesawat tempur Jepang. 

Sabtu, 09 November 2019

Begini Sebabnya Kaltim Belum Dapat Pahlawan Nasional 2019

Hingga Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2019, Kalimantan Timur belum mempunyai seorang pun Pahlawan Nasional. Padahal provinsi tetangga di barat, tengah, dan selatan Kalimantan sudah memiliki prestise dengan Pahlawan Nasionalnya masing-masing.

Sabtu, 02 November 2019

Semangat, Mahasiswa Asing Belajar Sejarah Samarinda

Samarinda, SejarahKaltim.com

Empat mahasiswa asing antusias menyimak presentasi tentang sejarah Kota Samarinda yang disampaikan oleh Muhammad Sarip, pemerhati sejarah lokal, di sebuah kantor penerbit buku di ibu kota Kalimantan Timur, Jumat (1/11/2019).

Senin, 21 Oktober 2019

Media Hong Kong Soroti Tionghoa Kaltim di Ibu Kota Baru Indonesia

Beberapa waktu lalu, surat kabar Hong Kong berbahasa Inggris bernama "South China Morning Post" mengutus wartawannya ke Samarinda. Kedatangannya di pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Timur itu dalam rangka menghimpun informasi sejarah Tionghoa di Kaltim. Hal ini terkait dengan pernyataan Presiden RI Joko Widodo pada 26 Agustus 2019 yang memindahkan ibu kota negara (IKN) Indonesia dari Jakarta ke Kaltim.

SCMP adalah media massa dari Tiongkok Selatan yang menjadi referensi banyak warga Asia dan lintas benua. Jurnalis SCMP bernama Resty Woro Yuniar mewawancarai pemerhati dan penulis sejarah lokal Muhammad Sarip serta pengurus paguyuban Tionghoa setempat., termasuk Gubernur Kaltim Isran Noor. Reportasenya terbit di situs scmp.com edisi 19 Oktober 2019 dengan judul "How ethnic Chinese shaped the home of Indonesia’s new capital on Borneo". 

Teks asli bisa dilihat di tautan: https://www.scmp.com/week-asia/people/article/3033625/how-ethnic-chinese-shaped-home-indonesias-new-capital-borneo.

Berikut ini terjemahan artikel tersebut dalam bahasa Indonesia.

Sabtu, 05 Oktober 2019

Begini, Kali Pertama HUT TNI di Ibu Kota Kaltim


Tanggal 5 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia. TNI bermula dari kelahiran Tentara Keamanan Rakyat (TKR)  pada 5 Oktober 1945 yang sebelumnya bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR). Nama TNI digunakan sejak 3 Juni 1947, setelah sempat bernama Tentara Keselamatan Rakyat dan Tentara Republik Indonesia.

Minggu, 15 September 2019

Habibie ke Samarinda Disambut Demo, Warga Tak Sadar Banyak Tentara dan Polisi di Rawa


Pengamaman superketat dipantau langsung di TKP oleh Menhankam/Panglima TNI Jenderal Wiranto. Aksi teror peledakan bom sudah terjadi delapan kali sejak Habibie menjadi presiden.


Bacharuddin Habibie menjabat presiden dalam tempo yang paling singkat dalam sejarah Republik. Hanya 17 bulan ia menjadi kepala negara menggantikan Presiden Soeharto. Di tengah situasi krisis nasional multimensi, ia dianggap hanya sebagai presiden transisi untuk mempersiapkan pemilu yang luber dan jurdil.

Kamis, 08 Agustus 2019

Jejak Intel Australia dan Tumbal Kutai di Kandidat IKN Samboja


Kecamuk Perang Pasifik antara Jepang dan Sekutu 1942–1945 meninggalkan jejak di Kalimantan Timur. Ada sumber minyak yang jadi rebutan. Tarakan, Balikpapan, dan Sanga Sanga, tiga di antara kota sumber bahan bakar mesin tempur yang jadi sasaran bombardir.




Jepang yang sudah tiga tahun menduduki Kaltim makin kewalahan. Pasukan Sekutu bersiap merebut Kota Balikpapan dari jalur laut dan darat. Caranya, sebuah regu intelijen dikirim ke lokasi antara Balikpapan dan Samarinda. Lokasi itu kini adalah Kecamatan Samboja.

Semula, Samboja merupakan satu dari kecamatan dalam Kotamadya Samarinda. Sejak 1988 Samboja bergabung ke Kabupaten Kutai. Ketika Kabupaten Kutai dimekarkan pada 1999, kecamatan yang mempunyai Taman Hutan  Raya Bukit Soeharto ini dimasukkan ke Kabupaten Kutai Kartanegara. Pada 2019 kawasan ini dinominasikan sebagai satu di antara kandidat ibu kota Negara (IKN) Republik Indonesia pengganti DKI Jakarta. Presiden Joko Widodo sudah mengunjunginya tanggal 7 Mei lalu.

Awal April 1945 Sekutu berpenetrasi ke Samboja. Ada 14 orang pasukan komando intelijen militer gabungan Sekutu yang bernama SAD Force atau Z Force. Mereka masuk melalui Pantai Tanjung Pamedas, sekitar 40 kilometer di utara Balikpapan.

Tentara pengintai dari Australia ini bertemu dengan dua orang nelayan. Mujur, dua nelayan itu adalah pribumi yang tak suka Jepang. Rakyat Nusantara memang merasakan merasakan penderitaan pada masa pendudukan Jepang. Ini tak sesuai dengan janji Jepang di awal kedatangannya yang menjanjikan kebahagiaan. Rakyat berharap Sekutu dapat menyingkirkan Jepang dari tanah air. Regu intel itu lalu diarahkan ke Pantai Sigagu. Pertimbangannya, Sigagu lebih menjauhi pos penjagaan Jepang di Samboja Kuala.

Singkat cerita, Kepala Penjawat Samboja pun membantu dan memfasilitasi misi rahasia Sekutu ini. Pada masa itu, Kepala Penjawat merupakan istilah untuk kepala pemerintahan setingkat camat. Bangsawan Kesultanan Kutai Kertanegara bernama Aji Raden Ariomidjojo yang menjadi Kepala Penjawat Samboja.

Situasi selanjutnya tidak berjalan lancar. Seorang warga Samboja berjalan kaki ke Samboja Kuala lalu ke Sungai Seluang Samboja. Kemudian, ia menumpang mobil menuju markas Kempeitai di Balikpapan. Peristiwa yang dilihatnya dilaporkan kepada Polisi Militer Jepang. Ternyata, warga yang dikenal bernama Durahman ini merupakan mata-mata Jepang yang tak disadari warga.

Alhasil, pasukan militer Jepang segera dikirimkan ke Samboja. Seluruh daerah Samboja, Handil, sampai Muara Jawa disusuri. Pasukan Z Force dicari. Dua tentara Australia tertangkap setelah merusak sarana komunikasi di Sungai Tiram. Tapi, 12 tentara lainnya tak ditemukan persembunyiannya selama beberapa hari hingga Jepang menemukan bekas perbekalan Sekutu yang tercecer. 

Tembak-menembak terjadi tapi Z Force tak terbekuk karena terhalang medan jurang. Atas bantuan warga, Sekutu dapat meloloskan diri sampai kembali ke laut tanggal 20 April 1945. Tiga hari berselang, sebuah pesawat Catalina Sekutu mendarat di permukaan laut. Catalina mengangkut mereka kembali ke markas di Pulau Morotai (kini termasuk wilayah Provinsi Maluku Utara).

Jepang kesal. Pelampiasannya pada 10 April 1945. Kepala Penjawat Samboja beserta Mantri Polisi H. Amir dan Kepala Kampung H. Arif serta beberapa staf kantor Penjawat ditangkap. Mereka dieksekusi mati. Jenazah mereka tidak ditemukan hingga sekarang.


Demikianlah genderang perang yang senantiasa meminta korban. Tak terkecuali itu di kawasan calon ibu kota baru Negara RI.

______
Pembaruan informasi
Tanggal 26 Agustus 2019 Presiden RI Joko Widodo resmi mengumumkan ibu kota baru negara berlokasi di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara. Namun, detail titiknya belum diungkap. Mengacu peta, ada kemungkinan Kecamatan Sepaku dan Samboja.

Penulis: Muhammad Sarip

Artikel lain:

Rabu, 26 Juni 2019

Seminar Nasional Nilai Abdoel Moeis Hassan Layak Jadi Pahlawan Nasional


SejarahKaltim.com
Sejarawan nasional dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Dr. Agus Suwignyo, M.A. menilai Abdoel Moeis Hassan layak diusulkan sebagai Pahlawan Nasional. Dosen Ilmu Sejarah itu menyatakannya dalam Seminar Nasional Kepahlawanan Abdoel Moeis Hassan di Aula Bank Kaltimtara Samarinda (25/06/2019).

Rabu, 19 Juni 2019

2 Moeis yang Berbeda


Sampai hari ini, masih ada warga Kaltim khususnya Samarinda yang tak tahu ada Moeis selain nama rumah sakit di Samarinda Seberang.

Dicalonkan Gubernur, Malah Ajukan Calon Lain


Teladan Moeis Hassan dalam Sejarah Politik Kaltim

Bukannya langsung bersedia, ia malah mengajukan kandidat lain. Itu dilakukan Abdoel Moeis Hassan ketika para anggota DPRD Kaltim tahun 1962 hendak mengusung dirinya sebagai calon gubernur pengganti A.P.T. Pranoto.

Senin, 17 Juni 2019

Seminar Nasional Kepahlawanan Abdoel Moeis Hassan 25 Juni di Samarinda


SejarahKaltim.com

Seminar Nasional "Kepahlawanan Abdoel Moeis Hassan" akan dilaksanakan pada Selasa, 25 Juni 2019, di Aula Bankaltimtara Jl. Jend. Sudirman Samarinda. Hal ini diputuskan dalam rapat Pemkot Samarinda bersama tim pengusul dari Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari (Lasaloka-KSB) dan pimpinan cabang utama Samarinda Bankaltimtara, Selasa (18/6/2019).