Jumat, 15 Maret 2024

UIN Jambi Diskusikan Buku Histori Kutai dan IKN


Jambi, SejarahKaltim.com

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi menggelar webinar bertema “Kutai, Nusantara, dan IKN dalam Bingkai Sejarah” pada Jumat (15/3/2024). Sejarawan Kalimantan Timur Muhammad Sarip menjadi narasumber tunggal dalam diskusi yang dimoderatori oleh dosen UIN Jambi Dr. Benny Agusti Putra, menggantikan Ismail Fahri, M.Ag., Ketua Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) UIN Jambi.

Ketua LPPM UIN Jambi, Dr. Fridiyanto menyatakan, webinar mendiskusikan buku Histori Kutai: Peradaban Nusantara di Timur Kalimantan dari Zaman Mulawarman hingga Era Republik. Buku karya Muhammad Sarip ini terbit pada 2023.

“Buku ini semakin relevan dibahas setelah pemerintah melakukan pembangunan Nusantara yang akan menggantikan Jakarta sebagai ibu kota baru Indonesia. Secara historis, Nusantara dulu masuk dalam wilayah Kerajaan Kutai,” papar Fridiyanto.

Dalam webinar yang terbuka untuk publik tersebut, saat sesi tanya jawab terlontar beberapa pertanyaan. Di antaranya, bagaimana sikap masyarakat Kaltim terhadap pemindahan ibu kota negara ke Kaltim?

Sarip yang juga penulis buku Historipedia Kalimantan Timur itu menjawab, seberapa besar persentase dukungan warga Kaltim atas pembangunan IKN pada situasi terkini bisa diukur dari hasil pemilu 14 Februari 2024.

“Dari hasil pilpres tampak bahwa lebih dari 70 persen masyarakat Kaltim mendukung capres yang mengusung program keberlanjutan pembangunan IKN. Dari 3 pasangan capres-cawapres ada 2 pasangan yang pro-pembangunan IKN. Bahkan secara nasional juga tampak suara mayoritas masyarakat Indonesia memilih calon pemimpin yang ingin meneruskan pembangunan IKN,” jelas Sarip.

Sarip yang pernah mempresentasikan sejarah Kutai di Sekretariat Negara pada awal 2023 itu juga menyatakan, ibu kota baru Indonesia itu sudah benar dibangun di tanah Kalimantan Timur, pada lokasi yang bukan hutan primer. Pembangunan IKN itu juga relatif tidak mengganggu eksistensi kebudayaan di Kaltim karena episentrum utama kebudayaan di Kaltim bukan di lokasi inti IKN.

“Kebudayaan Kaltim itu episentrumnya setidaknya berada di tiga titik. Sentral kebudayaan keraton warisan Kesultanan Kutai berada di Tenggarong. Pusat kebudayaan pesisir dengan corak Melayu berada di Samarinda. Dan pusat kebudayaan adat hulu berada di pedalaman daerah aliran Sungai Mahakam,” pungkas Sarip.

Webinar dihadiri oleh puluhan akademisi dan peneliti, tak hanya dari internal UIN Jambi, tapi juga lintas pulau. Topik Kutai dan IKN yang dibahas merupakan poin utama dari diskusi buku Histori Kutai karya Sarip yang telah diluncurkan pada 23 November 2023. Di antara keistimewaan buku ini adalah epilog yang ditulis oleh sejarawan BRIN, Prof. Asvi Warman Adam pada bagian akhir buku.  (AR)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar