Kamis, 23 November 2023

Buku Histori Kutai Dibedah Sejarawan BRIN, Senator Kaltim dan Anak Muda Samarinda

Nanda Puspita Sheilla berbicara review buku Histori Kutai
Samarinda, SejarahKaltim.com 

Sejarawan senior dari BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional) Prof Asvi Warman Adam, senator Kaltim Aji Mirni Mawarni, tokoh pemuda Kutai Aji Muhammad Mirza Wardana, dan perwakilan generasi muda Samarinda Nanda Puspita Sheilla tampil bersama membedah buku sejarah di Aula Perpustakaan Kota Samarinda pada Kamis (23/11/2023). Buku yang dibedah berjudul Histori Kutai: Peradaban Nusantara di Timur Kalimantan dari Zaman Mulawarman hingga Era Republik  karya Muhammad Sarip. 

Diskusi publik dimoderatori oleh Aji Muhammad Mirza Wardana. Ia merupakan Petinggi Pore atau Ketua Sempekat Keroan Kutai. Mirza juga tokoh pemuda Kutai yang pernah menjadi senator DPD (Dewan Perwakilan Daerah) RI periode 2014-2019. Pada prolognya, ia menjelaskan hubungan antara Raja Kutai Kertanegara dengan dinasti Mulawarman.

"Aji Batara Agung Paduka Nira menikah dengan seorang putri keturunan wangsa Mulawarman yang dikenal dengan gelar Putri Bengalon. Dengan terjadinya pernikahan ini, maka sebenarnya ada hubungan kekerabatan antara Kutai dan wangsa Mulawarman," ungkap Mirza.

Senator DPD RI Aji Mirni Mawarni menyampaikan presentasi

Urutan pertama pembicara adalah anggota MPR dan DPD RI periode 2019-2024 Aji Mirni Mawarni. Keturunan Sultan Kutai Aji Muhammad Sulaiman ini mempresentasikan masalah Kutai dan Kalimantan Timur dalam konteks Indonesia.

"Dengan kedalaman sejarah Kutai, semoga pemerintah pusat, khususnya di fase pemindahan IKN ini, tak memandang sebelah mata masyarakat Kaltim, khususnya warga Kutai. Insya Allah warga Kutai siap bahu-membahu membangun negeri ini," tandas Aji Mawar.

Sementara itu, Prof Asvi Warman Adam tampil melalui zoom meeting yang difasilitasi oleh Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Samarinda. Sebenarnya Doktor Sejarah lulusan S-3 Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales (EHESS) Paris-Prancis tersebut diundang untuk hadir langsung di Samarinda, tetapi dengan alasan kesehatan ia meminta dilakukan zoom dari Jakarta. Dalam presentasinya Asvi menyatakan, IKN Nusantara bukan sembarang tempat “somewhere in the jungle”

Prof Asvi Warman Adam berbicara melalui zoom meeting
“Bangsa Indonesia perlu berterima kasih kepada Provinsi Kalimantan Timur khususnya wilayah yang dulu bagian kerajaan tertua di Tanah Air. Pusaka kerajaan disumbangkan ke Museum Nasional bahkan Istana Kesultanan diserahkan kepada pemerintah untuk dijadikan Museum Kutai. Sungguh besar sumbangan dan pengorbanan Kesultanan Kutai bagi Republik Indonesia,” papar Profesor Riset Sejarah Sosial Politik BRIN tersebut.

Dalam epilognya di buku Histori Kutai, Asvi menyatakan bahwa pandangannya sejalan dengan penulis buku ini dalam uraian tentang empat dari lima periode yang dibahas. Namun, adanya perbedaan pendapat tersebut tidak mengurangi pentingnya isi buku ini.

Acara yang dihadiri oleh para pegiat literasi, guru, mahasiswa, jurnalis, ASN, karyawan swasta, usahawan, dan kerabat Kutai ini melibatkan publik pembaca sebagai satu dari pembicara. Nanda Puspita Sheilla yang pernah membedah buku sejarah lokal berjudul Perang di Samarinda kembali tampil di acara ini.

Muhammad Sarip menjawab pertanyaan audiens
“Aku membaca buku Histori Kutai ini sampai selesai dalam waktu tiga hari. Dari buku ini aku baru tahu bahwa ternyata banyak sejarah yang terjadi di wilayah Kutai, termasuk juga di Samarinda. Ternyata sejarah kita itu nggak kalah sama sejarah kerajaan di Jawa,” tutur Nanda.

Nanda yang alumnus Universitas Trisakti Jakarta itu berharap agar warga Kalimantan Timur dapat membaca buku ini.

“Kenapa kita nggak membuat supaya seluruh masyarakat Kalimantan Timur tahu bahwa ada tradisi budaya Kutai. Karena Balikpapan, Samarinda itu kan juga sebenarnya bagian dari Kutai sebelumnya,” kata Nanda.

Sarip selaku penulis buku meminta Nanda menyampaikan kritikan terbuka atas buku setebal 344 halaman tersebut. Nanda menanggapinya dengan mengajukan pertanyaan.

“Buku yang ditulis oleh Bang Sarip sebagai orang lokal atau dari perspektif lokal. Gimana jika buku ini dibaca oleh orang luar Kutai atau Kaltim? Apakah mereka mau menerima atau merujuknya?” tanya Nanda.

Sarip menjawab bahwa ia optimis buku Histori Kutai akan diterima sebagai referensi publik, baik di Kaltim maupun luar Kalimantan. Yang dilihat publik terutama kaum intelektual itu adalah penggunaan metodenya, bukan siapa penulisnya.

“Ada artikel jurnal saya yang dijadikan referensi utama oleh youtuber Jakarta bernama Aurel Valen untuk membuat konten video Kerajaan Kutai. Dalam waktu tiga bulan penontonnya sudah hampir 800 ribu dan menjadi video sejarah Kutai dengan penonton terbanyak,” ujar sejarawan yang pernah mempresentasikan topik sejarah Kutai di Sekretariat Negara di Jakarta tersebut.

Buku cetak Histori Kutai dibagikan kepada seluruh peserta yang hadir. Aji Mawar juga menyatakan akan memberikan buku ini kepada seluruh senator DPD RI dan para menteri supaya pemerintah pusat mengetahui tentang sejarah Kutai sesuai fakta yang valid.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda sebagai penyelenggara acara ini berharap kegiatan launching buku Histori Kutai ini dapat meningkatkan literasi dan pengetahuan publik. Sambutan ini disampaikan oleh Sekretaris Dispursip Sugiharto mewakil Kepala Dispursip Erham Yusuf.  (AR)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar