Kamis, 07 Maret 2024

Deputi OIKN Myrna Safitri Bahas Sejarah dan Lingkungan di IKN-Talk UINSI

Syifa Hajati, Myrna A Safitri, Nanda Puspita Sheilla, Muhammad Sarip di IKN-Talk UINSI, 7 Maret 2024

Samarinda, SejarahKaltim.com

Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LHSDA) Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Dr. Myrna A Safitri memenuhi komitmennya untuk menghadiri undangan dari Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, Syifa Hajati, pada Kamis, 7 Maret 2024. Pimpinan tinggi madya OIKN tersebut menjadi narasumber pada IKN-Talk bertema “Ibu Kota Nusantara dan Kalimantan Timur dalam Konstruksi Sejarah dan Perspektif Lingkungan”.

Deputi Myrna hadir di Auditorium 22 Dzulhijjah UINSI bersama rombongan kedeputian, yaitu staf admin Rachelya Olivya, sekretaris Anggi Chairani, staf media, dan staf driver.

 

“Kami bersyukur dan bangga bisa mengadakan IKN-Talk dengan menghadirkan pimpinan Otorita IKN di kampus UINSI. Event ini merupakan kegiatan terakhir DEMA UINSI periode saya sebelum demisioner 14 Maret 2024,” ujar Syifa yang juga bertindak sebagai moderator.


Dalam dialog publik itu, Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UINSI juga menghadirkan sejarawan Muhammad Sarip dan pegiat literasi Nanda Puspita Sheilla. Kedua putra daerah Samarinda tersebut merupakan tim penulis buku Historipedia Kalimantan Timur yang diberi prolog oleh Myrna Safitri. Keduanya juga sesama anggota kegiatan Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) yang direkrut oleh Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk proses pengusulan gelar Pahlawan Nasional.

Nanda dan Sarip untuk kali ke-6 tampil bersama di forum publik sejarah. Di UINSI Nanda mempresentasikan garis besar isi buku Historipedia Kalimantan Timur

Peserta IKN-Talk mayoritas berasal dari pengurus organisasi mahasiswa internal UINSI, undangan pengurus ormawa, pegiat komunitas, dosen, dan jurnalis. Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor II UINSI Prof. Zamroni.


"Rektor UINSI Prof. Zurqoni berhalangan hadir karena sedang mengikuti kegiatan di Lampung," tutur Syifa yang juga Koordinator BEM Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) se-Kalimantan.

Deputi LHSDA OIKN Myrna A Safitri disambut Wakil Rektor II UINSI, Presiden DEMA UINSI Syifa Hajati, dan sejarawan Muhammad Sarip

Deputi Myrna mengaku punya ikatan emosional dengan UINSI. Alumnus SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 1 Samarinda itu merupakan warga asli Samarinda.

“Dulu UINSI namanya IAIN. Kampus lamanya di Jalan Abul Hasan. Waktu kecil, saya belajar ngaji di kampus lama,” ungkap Myrna.

Deputi Myrna yang dari keluarga Banjar Samarinda tersebut memaparkan, hal yang dikhawatirkan sebagian orang bahwa pembangunan IKN akan merusak hutan itu tidaklah benar.

“Lokasi IKN adalah bekas areal hutan tanaman industri yang dipenuhi tanaman eukaliptus. Bukan hutan primer, melainkan hutan sekunder. Justru pembangunan IKN sebagai kota hutan itu berupaya melakukan rehabilitasi lahan,” kata Myrna.

Menurut Doktor Ilmu Hukum lulusan Universitas Leiden Belanda tersebut, pembangunan IKN itu selaras dengan alam. Area hijau akan mendominasi struktur perkotaan. Terhadap kawasan terbuka dan lahan kritis dilakukan reforestasi untuk menjadikan IKN sebagai kota hutan.
 

“Memilih Kalimantan Timur sebagai lokasi ibu kota baru juga bermaksud untuk memulihkan lingkungan dan kejayaan hutan tropis di kawasan ini,” tukas Myrna.



 

SDM Kaltim Supaya Tidak Menjadi Penonton IKN

Dalam sesi tanya jawab, terdapat sepuluh peserta yang bertanya kepada tiga narasumber. Pertanyaan peserta mengenai buku sejarah lokal, isu keterlibatan warga lokal dalam pembangunan IKN, kekhawatiran penduduk setempat terpinggirkan dan sekadar menjadi penonton, persoalan tambang ilegal, kebudayaan, dan lain-lain.

Deputi Myrna menyatakan, jika ditanya kepada dirinya pribadi tentang peluang kiprah di pusat negara, dirinya sendiri telah membuktikan bahwa dirinya mampu. Adapun bagi warga Kaltim lainnya, tergantung pada pribadi masing-masing.

“Saya pikir, Presiden mengangkat saya sebagai deputi di OIKN bukan semata-mata saya orang Kaltim. Tapi tentu karena ada portofolio dan kompetensi yang saya miliki. Sebelum jati diri saya diungkap ke publik, saya tidak pernah menyebut-nyebut saya anaknya siapa, cucunya siapa. Bukan saya juga yang mengungkap bahwa kakek saya adalah pejuang ’45 di Samarinda,” tutur Myrna.

Oleh karena itu, menurut Myrna, anak muda Kaltim harus membekali diri dengan memperluas network (jaringan) dan meningkatkan knowledge (pengetahuan). “Dengan network dan knowledge, saya optimis orang Kaltim akan bisa bersaing di ranah manapun, termasuk di IKN,” pungkasnya.  (AR)
Syifa Hajati memberikan sertifikat narasumber kepada sejarawan Muhammad Sarip






Tidak ada komentar:

Posting Komentar