Rabu, 04 Oktober 2023

GPMB dan Dispursip Samarinda Adakan Diskusi Buku Perang di Samarinda

Nanda Puspita Sheilla (baju biru) bersama narasumber
Muhammad Sarip, Inui Nurhikmah, Rusmadi Wongso
Samarinda, SejarahKaltim.com

Dalam rangkaian kegiatan HUT ke-22 GPMB (Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca), Diskusi Buku "Perang di Samarinda" digelar di Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda, Jalan Kusuma Bangsa, pada Rabu (4/10/2023). Selain menghadirkan sejarawan Muhammad Sarip, forum ini juga menampilkan pembicara dari unsur publik pembaca, yaitu Nanda Puspita Sheilla.

GPMB Kota Samarinda sebagai komunitas penggerak literasi yang bermitra dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda berinisiatif memfasilitasi wahana saling berbagi pengetahuan sejarah lokal antarpara pegiat literasi dan masyarakat secara umum. Kegiatan ini juga bermaksud memberikan ruang bicara publik kepada generasi muda mengenai pengajaran sejarah yang dialami di sekolah.

Nanda adalah generasi muda Samarinda yang kuliah dan bekerja profesional di Jakarta. Ia mengaku antusias membaca karya sejarah bertema Samarinda karena ia merasa tidak mendapatkan pengetahuan sejarah lokal di bangku sekolah.

“Saya lahir di Samarinda. Orangtua saya orang Samarinda. Jadi, saya merasa perlu mengetahui sejarah Kota Samarinda. Buku yang ditulis oleh Bang Sarip ini saya baca dalam sehari langsung selesai,” ujar Nanda.

Perempuan yang berprofesi sebagai pegawai swasta itu mengungkapkan, ternyata setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tidak seluruh wilayah Indonesia yang merdeka.



“Cuma tentara Jepang yang angkat kaki dari Indonesia. Sedangkan Belanda kembali menduduki wilayah Nusantara, termasuk juga di Samarinda,” papar Nanda.

Sementara itu, Sarip mengungkapkan, dirinya perlu waktu bertahun-tahun untuk memahami proses rekonstruksi sejarah Revolusi Kemerdekaan di Samarinda.

“Perjuangan Indonesia Merdeka di Samarinda itu merupakan proses yang holistis. Perjuangan tidak semata dengan gerakan bersenjata api dan bersenjata tajam, tetapi juga sinergi lintas elemen dengan taktik politik, pendidikan, media pers, tulisan, dan sektor lainnya.

Buku karya Sarip berjudul lengkap Perang di Samarinda: Sejarah Perjuangan Indonesia di Ibu Kota Kalimantan Timur 1945–1949. Buku ini terbit tahun 2023 dan diberi kata pengantar oleh salah satu pimpinan tinggi madya Otorita Ibu Kota Nusantara, Dr. Myrna A Safitri, yang juga cucu Badroen Arieph, seorang pejuang dari Samarinda.

Nanda Puspita Sheilla berbicara
Sementara itu, Ketua GPMB Samarinda yang juga Wakil Wali Kota Samarinda Dr. Rusmadi Wongso turut menjadi pembicara yang membedah isi buku. 

“Bicara sejarah itu adalah bicara tentang kita, bicara tentang masa depan (yang) sangat tergantung dari pada sejarah (bagaimana menyikapinya),” ujar Rusmadi.

Karena itu, Rusmadi meminta kepada para peserta diskusi buku yang hadir untuk tidak melupakan sejarah. “Karena kita tidak akan memiliki sendiri hidup apalagi perjuangan untuk membangun negeri ini kalau kita tidak tahu sejarah,” katanya.

Rusmadi juga mengingatkan, inspirasi dan spirit kemerdekaan yang timbul dalam membangun bangsa ini hanya bisa dicetuskan dengan mengetahui sejarah secara otentik melalui kegiatan literasi.

"Di Samarinda sendiri, sejarah otentik perjuangan warga dapat dilihat dengan berdirinya empat tugu prastasi palagan atau peperangan. Keempat tugu palagan itu terdapat di Sambutan, Solong, Teluk Lerong dan Bukit Pinang yang menandakan bahwa perlawanan perjuangan rakyat Samarinda pada waktu itu sangat luar biasa dalam melawan agresi penjajah," jelas Rusmadi.

Unsur pustakawan dari Dispursip Samarinda, Inui Nurhikmah juga mempresentasikan ulasannya terhadap buku tersebut. "Ternyata orang Samarinda juga pejuang kemerdekaan, yang telah membela kedaulatan tanah air. Ini fakta yang harus dibanggakan agar menjadi konsep dan identitas diri," ujar Inui.

Diskusi yang dipandu oleh Salasmita, jurnalis Kaltimkece.id itu meski tampak formal, tetapi dialognya santai. Acara dibuka dengan sambutan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispursip) Erham Yusuf, M.Pd. dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Samarinda Dr. Asli Nuryadin. Hadir pula Sekretaris Komisi IV Bidang Pendidikan DPRD Samarinda, Deni Hakim Anwar.

Peserta beragam dari kalangan guru, mahasiswa, pegiat komunitas, jurnalis, penulis, dan masyarakat umum. Seluruh peserta yang hadir mendapatkan buku cetak gratis. (AR)


Salasmita dari Kaltimkece.id memandu jalannya diskusi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar