Senin, 01 April 2024

Syifa Hajati, dari Presiden Mahasiswa hingga Pegiat Budaya

Syifa Hajati, Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda periode 2023–2024, adalah orang yang paling bersuka cita dengan kedatangan pimpinan tinggi madya Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Dr. Myrna A Safitri ke kampusnya pada 7 Maret 2024. Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LHSDA) OIKN itu menjadi narasumber IKN Talk yang bertema “Ibu Kota Nusantara dan Kalimantan Timur dalam Konstruksi Sejarah dan Perspektif Lingkungan”.

Syifa berperan sebagai moderator. Selain Deputi OIKN, narasumbernya adalah Muhammad Sarip dan Nanda Puspita Sheilla. Keduanya merupakan tim penulis buku Historipedia Kalimantan Timur.

Sarip yang juga sejarawan publik itu menyatakan, memperbincangkan topik pembangunan IKN di forum publik, memang lebih pas kalau dihadiri langsung oleh pejabat IKN.

“Terlebih lagi, figur tersebut adalah seorang yang terbuka berdialog dengan publik. Jadi, ada komunikasi dua arah antara publik dan pemangku kebijakan. Kritik terjawab. Disinformasi bisa diklarifikasi. Salah paham bisa diluruskan. Pesimisme bisa diganti optimisme. Kalo tak ada unsur OIKN di panggung, itu namanya komunikasi satu arah. Tak ada feedback sama aja kayak omong kosong,” papar Sarip.

Setelah kurang lebih 1 jam memandu presentasi ketiga narasumber, Syifa membuka sesi diskusi bagi audiens. Ada 10 peserta yang masing-masing mengajukan 2 sampai 3 soal. Mayoritas pertanyaan kritis ditujukan kepada Deputi OIKN. Pertanyaan itu tentang isu lingkungan, tambang ilegal, dampak sosial budaya, peluang generasi muda berkiprah di IKN, dll. Sesi tanya jawab berdurasi hingga 1,5 jam.

“Kami bersyukur dan bangga bisa mengadakan IKN-Talk dengan menghadirkan pimpinan Otorita IKN di kampus UINSI. Event ini merupakan kegiatan terakhir DEMA UINSI periode saya sebelum demisioner 14 Maret 2024,” tutur Syifa.

Syifa Hajati dan sejarawan Muhammad Sarip di UINSI, 7 Maret 2024

Minat Sejarah

Syifa Hajati merupakan mahasiswa Fakultas Syariah Jurusan Ilmu Syariah Program Studi Hukum Keluarga UINSI angkatan 2020. Selain menjabat pucuk pimpinan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UINSI, dia dipercaya sebagai Koordinator Wilayah BEM Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) se-Kalimantan periode 2023–2024. Sebelumnya, Syifa merupakan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Syariah periode 2022–2023.

Pada organisasi mahasiswa eksternal, gen Z kelahiran 2001 ini berpartisipasi dalam kepengurusan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UINSI Samarinda periode 2022–2023. Pada tingkat nasional, dia menjadi pengurus inti FORMAHII (Forum Mahasiswa Hukum Islam Indonesia) periode 2023–2025.

Di luar aktivitas ormawa, Syifa terpilih sebagai Putri Muslimah Nusantara Kaltim 2021. Pada tahun yang sama dia terpilih menjadi Putri Pariwisata Berbakat Kota Samarinda. Penyuka air putih ini juga terpilih sebagai Duta kosmetik Aman Kaltim 2022. Di ajang tingkat nasional 2022, talenta muda dari keluarga tradisional Banjar ini terpilih sebagai Runner Up 2 Putri Muslimah Nusantara.

Antusiasme Syifa pada sejarah lokal dimulai dengan menghadiri talkshow Sejarah Samarinda di Big Mal pada 10 Juni 2023. Event yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kaltim dan Kota Samarinda itu menampilkan narasumber tunggal Muhammad Sarip. Berikutnya, Syifa menghadiri Diskusi Buku Sejarah Perang di Samarinda karya Muhammad Sarip di Aula Perpustakaan Kota Samarinda pada 4 Oktober 2023.

Saat BEM PTNU se-Kalimantan menggelar Musyawarah Wilayah pada 3–5 Februari 2024, Syifa selaku Korwil mengundang Sarip. Dalam rangkaian Muswil di Kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kaltim, Samarinda itu terdapat acara Ngaji Nusantara bertema “IKN dan Visi Indonesia Emas 2045”. Syifa memercayai Sarip sebagai narasumber dari aspek sejarah.

"Saya sangat mengapresiasi Bang Sarip sebagai sejarawan muda yang banyak menulis buku-buku tentang sejarah Samarinda, Kutai, dan Kaltim," ujar Syifa di podium ketika menyampaikan kata sambutan pada pembukaan Muswil BEM PTNU se-Kalimantan.

Syifa Hajati menyampaikan kata sambutan pada Muswil BEM PTNU se-Kalimantan
di Kampus UNU Kaltim, 4 Februari 2024

Menolak Terlibat Politik Praktis

Pada penghujung tahun 2023 dan awal 2024 konstelasi perpolitikan Indonesia diramaikan dengan masa kampanye calon presiden-wakil presiden dan kampanye calon legislatif. Banyak influencer dari kalangan gen Z yang terlibat politik praktis sebagai 'tim hore' para caleg dan capres. Beberapa teman aktivis dan influencer kenalan Syifa di Samarinda membuat gerakan aksi dukungan caleg di lapangan. Ada pula yang membuat konten di media sosial. Namun, Syifa termasuk influencer yang tidak melibatkan diri sebagai pendukung caleg tertentu. Meskipun kegiatan pro-caleg tersebut mendapat kompensasi finansial, Syifa lebih memilih bersikap netral dan tidak transaksional.

Netralitas dan independensi Syifa juga ditunjukkan ketika sekelompok pemuda di Jakarta yang mengatasnamakan BEM PTNU se-Nusantara mendeklarasikan dukungan kepada pasangan capres-cawapres tertentu.

"Kelompok yang mengatasnamakan BEM PTNU itu ilegal. Kami netral," tegas Syifa selaku Korwil BEM PTNU se-Kalimantan.

Syifa Hajati dengan busana antakusuma khas Kutai

Kultur Banjar

Kehidupan Syifa tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga Al-Banjary yang tradisionalis. Keluarganya sangat memegang teguh kultur Banjar yang religius. Contohnya ketika haul Guru Sekumpul. Syifa bersama keluarga hadir tiap tahun di Martapura, Kalimantan Selatan. Dia berpartisipasi menyediakan kuliner gratis untuk jamaah dari luar daerah.

Tradisi memberi makan gratis untuk jamaah haul ini dilakukan masyarakat di sejumlah rute menuju pusat haul, termasuk di Kaltim. Kalau mau mencari profit, tentu momen haul ini ada banyak opsi komersialisasi. Dari massa yang besar ada beragam peluang bisnis dari kuliner sampai penginapan. Namun, peluang cuan itu malah tabu bagi orang Banjar. Semuanya digratiskan. Tak ada yang dijadikan proyek komersial.

Mengapa Syifa mau ikut memasak dan berbagi makanan gratis buat jamaah? Apa motivasinya?

“Itu tradisi keluarga kami dengan harapan untuk melancarkan rezeki. Keluiarga kami banyak juga yang tinggal di Martapura. Jadi, tiap haul Guru Sekumpul saya ikut membantu memasak hidangan untuk para jamaah haul,” jawab Syifa.

Ada satu lagi value kultur Banjar klasik yang dimiliki Syifa. Alumnus Pondok Pesantren Al-Falah Putri Banjarbaru ini mempunyai keterampilan membaca naskah Arab Melayu sejak remaja.

Menurut Sarip, Kalimantan memang tidak memiliki aksara yang orisinal. Namun, komunitas Banjar punya tradisi literasi baca-tulis Arab Melayu yang kuat. Tradisi itu terutama dipopulerkan oleh Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang menulis kitab Sabilal Muhtadin. Sebaran kitab yang ditulis pada 1779 ini tak hanya di regional Kalimantan, tapi juga mencakup skala Asia Tenggara.

“Bahkan manuskrip Arab Melayu Salasilah Kutai yang menarasikan sejarah Kerajaan Kutai Kertanegara itu ditulis oleh orang Banjar yang bernama Khatib Muhammad Thahir. Dan ada preferensi, jika seorang Banjar mampu baca-tulis Arab Melayu, biasanya dia punya minat pada sejarah yang tak ada dalam pelajaran di sekolah,” jelas Sarip.

Setamat sekolah menengah atas, sebenarnya Syifa berencana kuliah di luar negeri. Dia ingin studi di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Dengan latar pendidikan di Madrasah Aliyah Al-Falah Putri Banjarbaru, dirinya memiliki akses dan peluang cukup besar untuk diterima di Mesir. Namun, orang tua Syifa punya pertimbangan lain. Saat itu awal pandemi Covid-19. Orang tua Syifa khawatir dengan keselamatan putri bungsunya. Karena itu, Syifa hanya diizinkan kuliah di kota sendiri, terutama yang terdekat dengan rumahnya di Samarinda Seberang, yaitu kampus UINSI.

Orang tua Syifa mendidik putrinya dengan tradisi Banjar yang konservatif. Aktivitas Syifa selain kuliah adalah berkegiatan organisasi. Dengan predikatnya sebagai Presiden DEMA dan pengurus beberapa ormawa lain, hal ini tidak menyebabkan orang tua Syifa memperbolehkan putrinya berada di luar rumah hingga larut malam apalagi menginap di venue.

Orang tua Syifa mempertahankan kultur Banjar klasik yang sangat memproteksi anak perempuannya. Menurut pemikiran generasi orang tua zaman dulu, mewajibkan putrinya pulang sore atau sebelum larut malam termasuk tindakan preventif menjaga kehormatan anak perempuan. Karena itu, Syifa jarang mengikuti kegiatan ormawa pada malam hari, kecuali via daring atau zoom.

"Ketika ada undangan kegiatan ormawa di luar Samarinda, orang tua saya memberi izin tapi ada syaratnya, yaitu harus bersama teman perempuan yang sudah dikenal baik oleh orang tua saya," ungkap Syifa.

Syifa pun mematuhi ketentuan yang ditetapkan orang tuanya. Pengidola Najwa Shihab ini menegaskan komitmennya melestarikan tradisi dan kebudayaan Banjar. Syifa terampil mementaskan tari jepen. Dia juga beberapa kali tampil dalam pertunjukan seni teater tradisional mamanda Samarinda, Sandima, yang tayang di TVRI Kalimantan Timur. Seiring penyusunan skripsi pada 2024, Syifa berinisiatif menggagas sebuah platform intelektual muda berbasis literasi dan kultur Banjar. Dia juga bercita-cita menulis buku.

"Insyaallah selesai skripsi, kami akan launching," pungkas Syifa.  (AR)


Syifa Hajati naik jukung di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura, Desember 2023

Syifa Hajati pada Grand Final Duta & Putri Wisata Samarinda 2022

Syifa Hajati memberikan sertifikat kepada sejarawan Muhammad Sarip di UINSI, 7 Maret 2024
Syifa Hajati dan Muhammad Sarip pada Muswil BEM PTNU se-Kalimantan
di Kampus UNU Kaltim, 4 Februari 2024

Berita & Info lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar