Sabtu, 14 November 2015

Misteri Kelompok Masyarakat Penghuni Awal Samarinda


Gambar terlampir adalah 5 lokasi dari 6 wilayah yang disebutkan dalam "De Kroenik van Koetai" tulisan Constantinus Alting Mees, hasil disertasinya yang kemudian diterbitkan pada kisaran tahun 1935. Mees sendiri mendapatkan naskah aslinya yang ditulis dalam huruf Arab oleh Chatib Muhammad Tahir pada 30 Rabiul Awal 1265 H (24 Februari 1849 M), bertutur perikehidupan sejak kisaran tahun 1300-an Masehi.

Telah disebutkan adanya negeri Pulau Atas, Sambutan, Karang Mumus,
Karang Asam, Loa Bakung, dan Mangkupalas. Lima wilayah ada di sebelah utara Sungai Mahakam, hanya 1 yakni Mangkupalas yang ada di selatan Sungai Mahakam.
Dua dari 5 wilayah tersebut, Karang Mumus dan Karang Asam, berikut kawasan di antara keduanya, sepanjang tepi Sungai Mahakam, lama dikenal sebagai pemukiman tua di Samarinda, hingga infrastruktur yang dibangun oleh Belanda saat itupun, berada di jalur tersebut.
Dalam riwayat-riwayat kesejarahan Samarinda yang diakui oleh pemerintah kota Samarinda saat ini, awal mula Samarinda konon berasal dari datangnya sekelompok masyarakat Wajo yang memohon suaka dari Raja Kutai, di kisaran akhir abad ke17.
Salah satu kutipan bebas di lembar informasi yang selama ini terbaca,
"...semula rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus. Tetapi daerah ini terdapat kesulitan dalam pelayaran karena daerah yang arusnya berputar (berulak) dan banyak kotoran sungai. Selain itu terlindung oleh ketinggian Gunung Selili.
Dengan kondisi seperti itu, Raja Kutai memerintahkan La Mohang Daeng Mangkona beserta pengikutnya membuka perkampungan di tanah rendah bagian seberang..."
Mungkinkah pilihan awal masyarakat Wajo di lokasi yang dikatakan berulak tersebut, adalah lokasi antara Muara Karang Mumus dan Sambutan, yang memang ada ceruk di Gunung Selili-nya, di mana di situ terjadi arus putar (perhatikan gambar yang ada)? Pun di sisi seberangnya, telah ada Mangkupalas, sehingga dianggap strategis, untuk hidup di antara kelompok masyarakat yang amat boleh jadi sudah lebih dulu ada?
Namun, karena memang kemudian dianggap tidak cukup ergonomis untuk bermukim di area arus berulak, sehingga masyarakat Wajo mencari wilayah yang lebih tenang? Di sisi yang lebih hulu, yang kini lazim disebut Samarinda Seberang, bukan sisi Samarinda kota, karena sisi-sisi hilirnya maupun utara Sungai Mahakamnya sudah ramai orang bermukim?
Amat boleh jadi, sejarah masyarakat Samarinda sudah jauh lebih awal dibandingkan kedatangan masyarakat Wajo di akhir abad ke-17.
Lalu, siapa sajakah kelompok masyarakat yang menghuni wilayah-wilayah yang telah disebutkan tatkala Aji Batara Agung Dewa Sakti bertahta tersebut, di kisaran tahun 1300-an, sebelum kedatangan masyarakat Wajo?

Penulis: Fajar Alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar