Rabu, 14 Juni 2017

"Salasila Bugis di Kutai" Penumbang Teori Daeng Mangkona 1668


x
"Salasila Bugis di Kutai" adalah judul dari makalah karya Frieda Amran, seorang antropolog kelahiran 1959. Ia menyadur makalah tersebut dari tulisan "Eenige Mededeelingen Omtrent de Boeginezen van Koetai" karya Solco Walle Tromp yang dimuat dalam majalah terbitan Belanda tahun 1887.

Saduran tersebut ternyata menumbangkan teori Daeng Mangkona sebagai Pua Adoe pertama di Samarinda. Salasila Bugis berbahasa Melayu yang dikutip Tromp sama sekali tidak menyebut nama La Mohang Daeng Mangkona yang diklaim sebagai kepala rombongan Bugis Wajo yang menghadap Raja Kutai untuk minta izin menetap di wilayah Kutai.

Baik "Salasilah Kutai" (1849) maupun "Salasila Bugis" substansinya selaras, bahwa pemimpin Bugis yang menghadap Raja Kutai itu bernama Anakoda Tujing atau Anakoda Latuji. Kemudian, posisi pusat Kerajaan Kutai disebutkan di Pemarangan Jembayan, ini berarti waktu TKP dipastikan terjadi paling lampau di tahun 1730, karena ibu kota Kutai Kartanegara baru dipindahkan dari Kutai Lama ke Jembayan pada tahun 1730.

Merupakan hal musykil bin mustahil rombongan dari seberang Selat Makassar tersebut meminta perizinan tahun 1668, sebagaimana yang diklaim oleh buku MKSKS terbitan Pemkot Samarinda 2004.

Tampak ganjil memang ketika buku MKSKS sangat menonjolkan pelaut Bugis yang diklaim sebagai pendiri Samarinda, tapi mengabaikan naskah "Salasila Bugis" ini.

Jika naskah "Salasila Bugis" ini diambil sebagai sumber pustaka sejarah, maka akan ada lagi masalah yang kontradiktif dengan klaim buku MKSKS, yaitu tentang cerita bantuan orang Bugis kepada Kerajaan Kutai dalam menghadapi serangan Sulu. Justru di "Salasila Bugis" terungkap bahwa pihak Bugis bersekutu dengan Sulu menyerang Kutai karena permintaan orang Bugis yang minggat dari Kutai Lama akibat sakit hati dengan prosesi upacara erau tijak tanah. Orang-orang Bugis ini sebelumnya tinggal di Kutai Lama, dipimpin oleh seorang yang bernama Pua Adoe.

Maka, sungguh aneh bin ajaib jika pada kondisi kekinian, masih ada orang-orang yang gemar menyebarkan artikel salinan dari buku MKSKS (Merajut Kembali Sejarah Kota Samarinda). Imajinasi yang bertentangan dengan data dan logika pasti akan terungkap. Begitu pun sejarah yang dibelokkan, akan melurus pada waktunya.

Penulis: Muhammad Sarip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar