Senin, 12 November 2018

Willem Oltmans, Sukarno, Samarinda & Lapangan Pemuda

Willem Oltmans adalah pria kelahiran Huizen, Belanda, pada 10 Juni 1925. Ia meninggal pada 30 September 2004 di Amsterdam, Belanda, karena kanker hati. Oltmans menempuh pendidikan di Nyenrode Business University dan Yale University. Pekerjaannya adalah wartawan investigasi, penerbit dan peng-interview

Sebagai wartawan investigasi dan penulis, Oltsmans aktif dalam menelisik perpolitikan internasional. Pada kisaran tahun 1956, tidak sehaluan dengan pemerintahan negaranya di Belanda, Oltmans malah mewawancara Presiden Sukarno. Dalam perkembangannya, Oltmans kemudian menjadi kepercayaan Sukarno dan wira-wiri ikut kegiatan tuan presiden. 


Pada titik ini, Oltmans berperan meyakinkan dunia internasional dan masyarakat Belanda akan keabsahan pandangan-pandangan Sukarno. Oltmans kemudian menulis buku Mijn Vriend Sukarno di tahun 1995 berukuran panjang 20 cm dengan halaman sejumlah 300. Buku tersebut kemudian dibuat edisi terjemahannya sebagai Sahabatku Sukarno

Ada satu bab dalam buku tersebut yang bernama SAMARINDA (1957). Pada bab tersebut, tulisan Oltmans mengalir tentang kegiatan presiden Sukarno yang diikutinya. Tanggal 14 Juli 1957, Oltmans tiba dengan Presiden dan rombongannya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. 

Ada satu kesempatan ketika Oltmans dipertemukan dengan Gubernur Milono oleh Presiden Sukarno. Bung Karno mengenalkan, bahwa ayah dari Oltmans dulunya satu tempat belajar dengan Gubernur Milono sewaktu di HBS Semarang. Mereka mengerjakan pekerjaan rumah bersama, berolah raga bersama, bahkan pernah berbagi kamar bersama sewaktu mondok di keluarga Tielenius Kruythoff di Semarang. 

Tanggal 16 Juli 1957 rombongan presiden Sukarno di Kuala Kapuas dengan kapal air. Tulisan tentang situasi kegiatan di Samarinda, dilukiskan hanya di satu paragraf terakhir bab tersebut, sebagaimana berikut ini.

"Tanggal 19 Juli (1957), dengan pesawat Catalina yang terbang di atas Sungai Kutai, Bung Karno dan saya tiba di Samarinda, tempat yang indah dekat pantai timur Kalimantan. Sekali lagi Presiden memanggil saya naik ke mimbar pada saat ia berpidato di depan massa. ‘Ketika saya bertemu dengan Willem Oltman,’ katanya, ‘Saya kira, orang Belanda ini ingin bergurau dengan saya. Belakangan saya mengerti bahwa ia bersungguh-sungguh.’ Sorak sorai dan tepuk tangan. Kadang-kadang saya berbagi kamar dengan ajudan Bung Karno. Malam itu saya tidur sekamar dengan Wim Latumeten. ‘Jelaslah bahwa dalam perjalanan ini, presiden juga memanfaatkan kehadiran anda untuk menenangkan perasaan anti Belanda di negeri ini’, katanya. ‘Andai saja orang di Den Haag menyadari apa yang dilakukan Bung Karno!’ Ia menasihati saya, ‘Jalanilah jalanmu sendiri, seperti apa yang anda lakukan sekarang. Itu yang di sini kita sebut pukul terus.’" 

Ada kolase foto dari video di Youtube berjudul "Willem Oltmans, The Eight Million Dollar Man" berdurasi 27 menit 4 detik yang diunggah pada 5 Maret 2013 yang dua di antaranya menukil peristiwa yang tampaknya merupakan bagian dari kunjungan Presiden Sukarno sewaktu di Samarinda. Foto tersebut menunjukkan ketika Oltmans dan presiden Soekarno sedang berada pada panggung yang sama, dengan kelompok masyarakat tampak memenuhi lapangan. 

Lapangan Pemudakah itu? Ataukah lapangan Kinibalu? Bila ya, semoga foto tersebut dapat menjadi penguat dan kebanggaan masyarakat Samarinda khususnya dan masyarakat Kalimantan Timur umumnya akan tempat yang pernah jadi saksi kedatangan Presiden Sukarno di Samarinda. Meski Lapangan Pemuda kini telah berkalang paving blok dan Taman Samarendah. Meski Lapangan Kinibalu kini menuju kepunahan berikutnya. 

Tampak tiang gawang yang ada di ujung lapangan, berseberangan dengan posisi panggung tuan presiden Sukarno. Di kanan foto, di latar belakang dari tiang gawang, tampak perbukitan. Dengan asumsi arah memanjangnya lapangan adalah sebagaimana kedudukan saat ini, keberadaan tiang gawang dengan latar perbukitan (sisi utara), lebih sesuai untuk kondisi di Lapangan Pemuda dibandingkan lapangan Kinibalu yang arah memanjangnya relatif berupa dataran untuk kedua sisinya. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh alm. Muhammad Legiman, mbah saya, pengajar di SMA 1, SMPP dan SMA 5. M. Legiman bertutur suatu ketika bahwa Lapangan Pemuda pernah digunakan oleh Presiden Sukarno berorasi ketika mendatangi Samarinda. 

Salam duka untuk Lapangan Pemuda. Salam hormat untuk para pendiri Republik Indonesia, yang berdiri di atas keragaman suku, agama, ras dan antargolongan. 

Penulis: Fajar Alam
Editor: Muhammad Sarip

Referensi: 
  • https://en.wikipedia.org/wiki/Willem_Oltmans 
  • https://catalogue.nla.gov.au/Record/801800 
  • https://www.youtube.com/watch?v=cb6-HgBLMFo 
  • Oltmans, W., 1995, "Sahabatku Sukarno"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar