Kamis, 04 Oktober 2018

HUT TNI Kali Pertama di Samarinda, Bukan Militer yang Merayakannya

Perubahan nama Badan Keamanan Rakyat (BKR) menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR)  pada 5 Oktober 1945 menjadi dasar penetapan Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sebelum bernama TNI sejak 3 Juni 1947, militer Indonesia ini dari Tentara Keamanan Rakyat (1945) berganti Tentara Keselamatan Rakyat (7 Januari 1946), dan Tentara Republik Indonesia (26 Januari 1946)

Situasi Republik yang masih berperang dengan Belanda menyebabkan tiada kesempatan bagi TNI memikirkan seremonial peringatan hari jadinya. Bahkan, di Samarinda TNI baru terbentuk pada akhir 1949. Artinya, selama lebih dari empat tahun sejak Proklamasi 1945, Kalimantan Timur tidak mempunyai barisan militer resmi dari pihak RI.

Militer yang ada di Samarinda adalah tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL). Serdadunya sebagian dari pribumi yang ironisnya menjadi lawan dari laskar pejuang rakyat pro-kemerdekaan. Pemerintah RI yang semula membentuk Provinsi Kalimantan tidak kuasa membentuk TNI di Kaltim. Kekuatan militer Belanda berhasil mendirikan pemerintahan sipil Hindia Belanda (NICA) di Kaltim dengan sokongan kesultanan lokal. Tidak ada tempat untuk TNI di Kaltim.

Meskipun begitu, masih ada kalangan masyarakat Samarinda yang konsisten mendukung perjuangan RI. Mereka terbagi dalam dua jalur yakni gerakan bersenjata dan gerakan diplomasi politik. Gerakan bersenjata terdiri dari Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) dan laskar-gerilyawan lainnya. Adapun gerakan diplomasi politik dilakukan oleh Ikatan Nasional Indonesia (INI) dan Front Nasional.

Hal unik terjadi di Samarinda pada tahun keempat dari berdirinya TNI. Kenihilan TNI di ibu kota Kaltim tidak menyurutkan semangat kaum Republiken untuk memperingati hari jadi militer RI. Pada 5 Oktober 1949 pertama kalinya Front Nasional yang dipimpin Abdoel Moeis Hassan memperingati Hari Angkatan Perang RI. Lokasi peringatan dipusatkan di Gedung Nasional, sebagai markas perjuangan INI dan Front Nasional.

Situasi menjelang pelaksanaan keputusan Konferensi Meja Bundar membuat masyarakat bisa lebih leluasa mengibarkan bendera merah putih di Kota Samarinda. Hal ini berbeda dengan masa sebelum KMB, yang pemerintah lokal melarang pengibaran bendera merah putih.

Akhirnya, TNI secara resmi dibentuk di Kaltim pertama kali pada 12 Desember 1949. Peristiwanya di Balikpapan. Personelnya dari eks BPRI di Balikpapan yang diresmikan sebagai TNI oleh Letkol Soekanda Bratamenggala. Dua hari berselang, misi militer RI yang dipimpin Soekanda ke Samarinda turut meresmikan BPRI Batalyon G Brigade XVI menjadi kesatuan TNI.

Referensi

  • H.A. Moeis Hassan, Ikut Mengukir Sejarah (Jakarta: Yayasan Bina Ruhui Rahayu, 1994).
  • Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia VI Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia (±1942–1998), Edisi Pemutakhiran (Jakarta: Balai Pustaka, 2008).

Penulis: Muhammad Sarip

Artikel Terkait:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar