Perubahan nama Badan Keamanan Rakyat
(BKR) menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945 menjadi dasar penetapan
Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sebelum bernama TNI sejak 3
Juni 1947, militer Indonesia ini dari Tentara Keamanan Rakyat (1945) berganti
Tentara Keselamatan Rakyat (7 Januari 1946), dan Tentara Republik Indonesia (26
Januari 1946)
Situasi Republik yang masih berperang
dengan Belanda menyebabkan tiada kesempatan bagi TNI memikirkan seremonial
peringatan hari jadinya. Bahkan, di Samarinda TNI baru terbentuk pada akhir 1949.
Artinya, selama lebih dari empat tahun sejak Proklamasi 1945, Kalimantan Timur
tidak mempunyai barisan militer resmi dari pihak RI.
Militer yang ada di Samarinda adalah tentara
Kerajaan Hindia Belanda (KNIL). Serdadunya sebagian dari pribumi yang ironisnya
menjadi lawan dari laskar pejuang rakyat pro-kemerdekaan. Pemerintah RI yang
semula membentuk Provinsi Kalimantan tidak kuasa membentuk TNI di Kaltim. Kekuatan
militer Belanda berhasil mendirikan pemerintahan sipil Hindia Belanda (NICA) di
Kaltim dengan sokongan kesultanan lokal. Tidak ada tempat untuk TNI di Kaltim.
Meskipun begitu, masih ada kalangan
masyarakat Samarinda yang konsisten mendukung perjuangan RI. Mereka terbagi
dalam dua jalur yakni gerakan bersenjata dan gerakan diplomasi politik. Gerakan
bersenjata terdiri dari Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) dan
laskar-gerilyawan lainnya. Adapun gerakan diplomasi politik dilakukan oleh
Ikatan Nasional Indonesia (INI) dan Front Nasional.
Hal unik terjadi di Samarinda pada tahun
keempat dari berdirinya TNI. Kenihilan TNI di ibu kota Kaltim tidak menyurutkan
semangat kaum Republiken untuk memperingati hari jadi militer RI. Pada 5
Oktober 1949 pertama kalinya Front Nasional yang dipimpin Abdoel Moeis Hassan memperingati
Hari Angkatan Perang RI. Lokasi peringatan dipusatkan di Gedung Nasional,
sebagai markas perjuangan INI dan Front Nasional.
Situasi menjelang pelaksanaan keputusan
Konferensi Meja Bundar membuat masyarakat bisa lebih leluasa mengibarkan
bendera merah putih di Kota Samarinda. Hal ini berbeda dengan masa sebelum KMB,
yang pemerintah lokal melarang pengibaran bendera merah putih.
Akhirnya, TNI secara resmi dibentuk di
Kaltim pertama kali pada 12 Desember 1949. Peristiwanya di Balikpapan.
Personelnya dari eks BPRI di Balikpapan yang diresmikan sebagai TNI oleh Letkol
Soekanda Bratamenggala. Dua hari berselang, misi militer RI yang dipimpin
Soekanda ke Samarinda turut meresmikan BPRI Batalyon G Brigade XVI menjadi
kesatuan TNI.
Referensi
- H.A. Moeis Hassan, Ikut Mengukir Sejarah (Jakarta: Yayasan Bina Ruhui Rahayu, 1994).
- Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia VI Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia (±1942–1998), Edisi Pemutakhiran (Jakarta: Balai Pustaka, 2008).
Penulis: Muhammad Sarip
Artikel Terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar