Senin, 20 Mei 2019

Begini Hubungan Awang Faroek dan Moeis Hassan


Abdoel Moeis Hassan dan Awang Faroek Ishak sama-sama pernah menjadi Gubernur Kalimantan Timur. Tetapi, mereka berbeda periode. Moeis Hassan menjabat pada masa Demokrasi Terpimpin yakni 1962–1966. Adapun Awang Faroek menjabat 42 tahun setelah Moeis berhenti sebagai gubernur, yakni pada 2008–2018.


Moeis Hassan adalah sepuh Kaltim kelahiran 1924 yang dihormati Awang Faroek. Pada tahun 1992 Awang Faroek bergabung dalam tujuh belas orang pendiri Yayasan Bina Ruhui Rahayu. Yayasan sosial ini digagas oleh Moeis Hassan di Jakarta yang bertujuan meningkatkan, memupuk, membina, dan mengembangkan rasa dan setia kawan dan persaudaraan sesama warga yang berasal dari Kaltim (H.A. Moeis Hassan, Kalimantan Timur: Apa, Siapa dan Bagaimana, 2003: 399–400).

Sebelas tahun kemudian, Awang Faroek mengikuti pemilihan gubernur Kaltim. Saat itu, pilgub belum secara langsung melainkan melalui perwakilan anggota legislatif di DPRD Provinsi. Sebagai calon gubernur, Awang bersaing dengan petahana Suwarna A.F. yang merupakan lawan berat karena didukung parpol mayoritas.

Suwarna memang unggul dalam pemilihan di Gedung Karang Paci, 2 Juni 2003. Namun, sebagian unsur masyarakat menyatakan kekecewaannya karena pilihan DPRD dianggap mengabaikan putra daerah. Demonstrasi pelbagai ormas menentang Suwarna marak di Samarinda.

Fenomena di ibu kota Kaltim menarik perhatian Moeis Hassan. Sebagai solidaritas putra daerah, Moeis Hassan menemui Wakil Presiden RI Hamzah Haz di Jakarta. Moeis datang bersama para pengurus organisasi Kerukunan Masyarakat Kaltim (KM Kaltim). Dalam organisasi ini, Moeis menjabat penasihat.

Dalam pertemuan dengan Wapres, pengurus KM Kaltim menyampaikan kekecewaan karena pada masa Reformasi Kaltim belum dipimpin oleh orang Kaltim sendiri. Tercetus pula ide soal perlunya pemilihan kepala daerah secara langsung guna agar pilihan pemimpin daerah benar-benar sesuai kehendak rakyat (Sarbinnor Karim, 60 Tahun Kiprah & Pengabdian Awang Faroek Ishak Mentradisikan Karya Terbaik, 2008: 301–302).

Tahun 2005 Moeis Hassan wafat. Dua tahun berselang, Awang Faroek dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pembina Gerakan Masyarakat Peduli Akhlak Mulia (GMP-AM) Komite Provinsi Kaltim menganugerahkan penghargaan Bintang Keteladanan Akhlak Mulia Tahun 2007 kepada Moeis Hassan. Seremoni diterima oleh putra ketiga Moeis, yakni Taufik Siradjudin, pada 8 September 2007 di Hotel Bumi Senyiur.

Riwayat ini menunjukkan, Awang Faroek yang usianya terpaut 24 tahun dari Moeis Hassan termasuk tokoh Bumi Etam yang mengapresiasi integritas dan moral Moeis Hassan. Moeis Hassan lebih dari seorang gubernur. Moeis Hassan adalah pemimpin kaum pejuang pembela Republik Indonesia (Republiken) pada masa Revolusi Kemerdekaan. Moeis Hassan pula yang menggagas pendirian Provinsi Kaltim.

Penulis: Muhammad Sarip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar