Kamis, 18 Oktober 2018

Sejarah Juang Abdoel Moeis Hassan Diseminarkan di Unmul 29 Oktober

Banyak yang tidak mengetahui bahwa Abdoel Moeis Hassan adalah tokoh pendiri Universitas Mulawarman. Ironis lagi, banyak yang menyangka Moeis yang pejuang dan gubernur itu adalah nama Rumah Sakit Umum di Samarinda Seberang. Padahal, I.A. Moeis yang nama RSUD itu bukanlah Abdoel Moeis Hassan.

Seminar bertajuk “Membaca Kembali Jejak Perjuangan Abdoel Moeis Hassan di Kalimantan Timur” akan digelar di Kampus FKIP Universitas Mulawarman, Senin, 29 Oktober 2018. Acara ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah (HMPS) Universitas Mulawarman dalam rangkaian Pekan Sejarah Mulawarman 2018. 

Menurut Ketua HMPS, Yeremia Ledi, seminar ini merupakan kegiatan sosialisasi mengenai jejak perjuangan Abdoel Moeis Hassan yang kini dalam proses pengajuan usulan gelar Pahlawan Nasional. "Sebagai insan akademis dan satu-satunya program studi pendidikan sejarah di Kaltim, kami ingin berkontribusi bagi daerah, khususnya dalam mendukung pengusulan calon Pahlawan Nasional Abdoel Moeis Hassan, yang kebetulan beliau adalah inisiator berdirinya perguruan tinggi pertama di Kaltim, yaitu kampus kami, Universitas Mulawarman," tutur Ledi.

Lebih lanjut diungkapkan, seminar nantinya menghadirkan empat pembicara, yakni Muhammad Sarip, Taufik Siradjudin Moeis, Abdul Khair, dan Atik Sulistyowati. Muhammad Sarip merupakan penulis sejarah lokal sekaligus Koordinator Deklarator Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Abdoel Moeis Hassan. Kemudian, Taufik Siradjudin Moeis adalah putra ke-3 dari Abdoel Moeis Hassan yang datang dari Jakarta karena ia dokter bedah di sebuah rumah sakit di ibu kota negara. 

Adapun Abdul Khair merupakan Kepala Seksi Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan Sosial, dan Restorasi Sosial Dinas Sosial Provinsi Kaltim. Sementara Atik Sulistyowati merupakan staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kaltim dan dosen IKIP PGRI Samarinda.

Ketua HMPS FKIP Unmul,
Yeremia Ledi
Moderator seminar adalah Nabila Nandini, jurnalis KALTIM TV sekaligus anggota tim penulis buku biografi Abdoel Moeis Hassan. Ia juga anggota Dewan Pengurus Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari (Lasaloka-KSB) dan termasuk satu dari empat deklarator usulan calon Pahlawan Nasional Abdoel Moeis Hassan. Alumnus Universitas Paramadina Jakarta ini spesialis pemandu diskusi publik berkonten sejarah-budaya lokal. 

"Seminar ini mengundang guru-guru IPS dan sejarah se-Samarinda dan kota-kota sekitarnya, juga para mahasiswa yang peduli dengan sejarah perjuangan lokal. Tujuannya memberikan informasi, edukasi, dan sosialisasi mengenai makna pentingnya sejarah untuk meningkatkan sikap nasionalisme dalam kehidupan berbangsa. Selain itu, juga untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya melestarikan sejarah lokal dalam individu mahasiswa, siswa, dan seluruh elemen masyarakat. " Ledi memaparkan. 

Deskripsi kegiatan yang disusun panitia memaparkan, masyarakat terutama para mahasiswa dan pengajar perlu mengetahui bahwa tokoh Kaltim ini secara objektif memenuhi syarat khusus sebagai calon Pahlawan Nasional, yaitu (1) pernah memimpin dan melakukan perjuangan perjuangan politik untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa; (2) tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan; (3) melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya dan melebihi tugas yang diembannya; (4) pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara; (5) pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa; (6) memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi; dan (7) melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional. 

"Apalagi ini menjelang momentum Hari Pahlawan yang selalu diperingati setiap tahun, jadi kita ingin mengenang jasa pahlawan yang selama ini terlupakan. Seminar ini wujud apresiasi jasa pahlawan secara riil dengan mengungkap sejarah perjuangannya di masa lalu, bukan sekadar rutinitas upacara seremonial tanpa mengetahui siapa sosok pahlawan tersebut." Mahasiswa angkatan 2015 ini menjelaskan.

Sementara itu, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unmul, Dr. M. Jamil, S.Pd., M.Ap., menyatakan, Pekan Sejarah (Panah) Mulawarman 2018 merupakan media mengkonstruksi cara berpikir ilmiah, kritis dan analisis serta mengembangkan potensi generasi muda untuk menjawab tantangan masa depan.

Para dosen Pendidikan Sejarah juga menyatakan dukungannya untuk kegiatan kesejarahan ini. "Cinta sejarah hargai pejuang bangsa dan gapai masa depan dengan menggelorakan Panah Mulawarman 2018," cetus Aksa, M.Pd. dosen muda peneliti sejarah keislaman. 

Ummi Hafilda Hakim, M.Pd., dosen muda alumnus Universitas Negeri Makassar mengharapkan, "Panah Mulawarman 2018 sebagai bentuk dukungan mahasiswa sejarah dalam meningkatkan motivasi dan pengetahuan generasi muda tentang sejarah." 

Ditambahkan Norhidayat, M.Pd., lulusan Universitas Lambung Mangkurat banjarmasin, kegiatan ini merupakan ajang silatuhrahmi dan promosi sejarah lokal di lingkungan Kaltim serta mengangkat kembali sejarah lokal yang sudah lama terendam oleh masa. 

Senada dengan itu, Astrini Eka Putri, M.Pd., menyatakan, perhelatan ini sebagai ajang representatif dalam meningkatkan kesadaran sejarah bagi mahasiswa maupun masyarakat umumnya. 

"Panah Mulawarman 2018 sebagai ajang rekontruksi jiwa zaman." Muhammad Sopyan, M.Pd. berkomentar singkat.

Ledi menambahkan, biaya registrasi peserta senilai Rp75.000 bagi guru, birokrat, pengurus organisasi nonpemerintah, dan masyarakat umum. Adapun mahasiswa dan pelajar biayanya Rp35.000. Peserta akan mendapatkan fasilitas berupa buku biografi Abdoel Moeis Hassan dan sertifikat seminar. Kontak panitia melalui HP 081237414749 dan 082256519877.    
(AR)

Berita & Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar