Kamis, 08 Agustus 2019

Jejak Intel Australia dan Tumbal Kutai di Kandidat IKN Samboja


Kecamuk Perang Pasifik antara Jepang dan Sekutu 1942–1945 meninggalkan jejak di Kalimantan Timur. Ada sumber minyak yang jadi rebutan. Tarakan, Balikpapan, dan Sanga Sanga, tiga di antara kota sumber bahan bakar mesin tempur yang jadi sasaran bombardir.




Jepang yang sudah tiga tahun menduduki Kaltim makin kewalahan. Pasukan Sekutu bersiap merebut Kota Balikpapan dari jalur laut dan darat. Caranya, sebuah regu intelijen dikirim ke lokasi antara Balikpapan dan Samarinda. Lokasi itu kini adalah Kecamatan Samboja.

Semula, Samboja merupakan satu dari kecamatan dalam Kotamadya Samarinda. Sejak 1988 Samboja bergabung ke Kabupaten Kutai. Ketika Kabupaten Kutai dimekarkan pada 1999, kecamatan yang mempunyai Taman Hutan  Raya Bukit Soeharto ini dimasukkan ke Kabupaten Kutai Kartanegara. Pada 2019 kawasan ini dinominasikan sebagai satu di antara kandidat ibu kota Negara (IKN) Republik Indonesia pengganti DKI Jakarta. Presiden Joko Widodo sudah mengunjunginya tanggal 7 Mei lalu.

Awal April 1945 Sekutu berpenetrasi ke Samboja. Ada 14 orang pasukan komando intelijen militer gabungan Sekutu yang bernama SAD Force atau Z Force. Mereka masuk melalui Pantai Tanjung Pamedas, sekitar 40 kilometer di utara Balikpapan.

Tentara pengintai dari Australia ini bertemu dengan dua orang nelayan. Mujur, dua nelayan itu adalah pribumi yang tak suka Jepang. Rakyat Nusantara memang merasakan merasakan penderitaan pada masa pendudukan Jepang. Ini tak sesuai dengan janji Jepang di awal kedatangannya yang menjanjikan kebahagiaan. Rakyat berharap Sekutu dapat menyingkirkan Jepang dari tanah air. Regu intel itu lalu diarahkan ke Pantai Sigagu. Pertimbangannya, Sigagu lebih menjauhi pos penjagaan Jepang di Samboja Kuala.

Singkat cerita, Kepala Penjawat Samboja pun membantu dan memfasilitasi misi rahasia Sekutu ini. Pada masa itu, Kepala Penjawat merupakan istilah untuk kepala pemerintahan setingkat camat. Bangsawan Kesultanan Kutai Kertanegara bernama Aji Raden Ariomidjojo yang menjadi Kepala Penjawat Samboja.

Situasi selanjutnya tidak berjalan lancar. Seorang warga Samboja berjalan kaki ke Samboja Kuala lalu ke Sungai Seluang Samboja. Kemudian, ia menumpang mobil menuju markas Kempeitai di Balikpapan. Peristiwa yang dilihatnya dilaporkan kepada Polisi Militer Jepang. Ternyata, warga yang dikenal bernama Durahman ini merupakan mata-mata Jepang yang tak disadari warga.

Alhasil, pasukan militer Jepang segera dikirimkan ke Samboja. Seluruh daerah Samboja, Handil, sampai Muara Jawa disusuri. Pasukan Z Force dicari. Dua tentara Australia tertangkap setelah merusak sarana komunikasi di Sungai Tiram. Tapi, 12 tentara lainnya tak ditemukan persembunyiannya selama beberapa hari hingga Jepang menemukan bekas perbekalan Sekutu yang tercecer. 

Tembak-menembak terjadi tapi Z Force tak terbekuk karena terhalang medan jurang. Atas bantuan warga, Sekutu dapat meloloskan diri sampai kembali ke laut tanggal 20 April 1945. Tiga hari berselang, sebuah pesawat Catalina Sekutu mendarat di permukaan laut. Catalina mengangkut mereka kembali ke markas di Pulau Morotai (kini termasuk wilayah Provinsi Maluku Utara).

Jepang kesal. Pelampiasannya pada 10 April 1945. Kepala Penjawat Samboja beserta Mantri Polisi H. Amir dan Kepala Kampung H. Arif serta beberapa staf kantor Penjawat ditangkap. Mereka dieksekusi mati. Jenazah mereka tidak ditemukan hingga sekarang.


Demikianlah genderang perang yang senantiasa meminta korban. Tak terkecuali itu di kawasan calon ibu kota baru Negara RI.

______
Pembaruan informasi
Tanggal 26 Agustus 2019 Presiden RI Joko Widodo resmi mengumumkan ibu kota baru negara berlokasi di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara. Namun, detail titiknya belum diungkap. Mengacu peta, ada kemungkinan Kecamatan Sepaku dan Samboja.

Penulis: Muhammad Sarip

Artikel lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar