Minggu, 29 Juli 2018

Usul Moeis Hassan Jadi Nama Jembatan Mahulu

Jembatan Mahulu Samarinda. Sumber: Wikipedia.
SKH Samarinda Pos edisi 28 Juli 2018 halaman 10 memuat berita berjudul “Sarankan Ganti Nama Jembatan Mahulu”. Pada berita tersebut, Kepala Dinas Perhubungan Kota Samarinda, Ismansyah, menyarankan penggantian nama Jembatan Mahulu untuk menghindari persamaan nama dengan nama kabupaten baru di Kaltim, yakni Mahulu (Mahakam Ulu). Kadishub mengusulkan namanya diambil dari pejuang pejuang atau pahlawan Kaltim, khususnya Samarinda.
Menanggapi wacana tersebut,
Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari (Lasaloka-KSB) mengusulkan kepada pemerintah dalam hal nama tokoh yang tepat dan layak untuk penamaan bangunan monumental tersebut. Berdasarkan pengkajian sejarah dan penyelenggaraan seminar mengenai peran sentral tokoh Samarinda dalam perjuangan dan revolusi di Kaltim tanggal 2 Juni 2018, Lasaloka-KSB mengajukan nama Abdoel Moeis Hassan sebagai nominasi utama.
Pada awal Agustus 2018 ini, Lasaloka-KSB juga akan melakukan tahapan awal pengusulan calon Pahlawan Nasional dari Kaltim kepada Walikota Samarinda. Abdoel Moeis Hassan adalah tokoh yang kami ajukan karena secara objektif beliau memenuhi kriteria sebagai Pahlawan Nasional.
Lasaloka-KSB telah mendeklarasikan usulan calon Pahlawan Nasional Abdoel Moeis Hassan dari Kaltim pada 23 Juli 2018. Deklarator ada empat orang, yaitu Muhammad Sarip, Fajar Alam, Arief Rahman, dan Nabila Nandini.
Deklarasi ini kemudian didukung oleh anggota masyarakat yang merupakan tokoh intelektual yang berintegritas, kredibel, dan nonpartisan. Kesepuluh tokoh tersebut adalah Drs. H. Mohammad Asli Amin (Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia MSI Cabang Kaltim); Drs. Slamet Diyono, M.Pd. (Kepala Bidang Sejarah Dinas Kebudayaan Kota Samarinda dan Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Unmul); Suparmin, M.Eng. (Kepala Bidang Aplikasi dan Layanan E-Government Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Samarinda); Ellie Hasan (kurator Galeri Samarinda Bahari); Aksan Al-Bimawi (dosen Pendidikan Sejarah FKIP Unmul); Yeremia Ledi (Ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Unmul); Chai Siswandi (penggiat literasi dan budaya Kutai); Awang Aria Erlisatria (penggiat literasi); G. Simon Devung (antropolog & tokoh adat masyarakat Dayak); dan Dr. Phil. Maria Teodora Ping (penggiat literasi Tionghoa & akademisi Unmul). Mereka memberikan dukungan dalam bentuk pernyataan tertulis.
Perlu ditegaskan, upaya pengusulan gelar Pahlawan Nasional ini murni gerakan sosial-intelektual, bukan gerakan politik, komersial, primordial, dan feodalistis. Tim pengusul tidak dipesan dan dibayar oleh keluarga almarhum Abdoel Moeis Hassan. Tim pengusul juga terbebas dari kepentingan partai dan tokoh politik manapun.
Kegiatan ini semata-mata demi penghormatan dan penghargaan terhadap pejuang dan pahlawan lokal yang terlupakan, yakni Abdoel Moeis Hassan. Beliau terlupakan karena masyarakat banyak yang menyangkanya sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah di Samarinda Seberang. Padahal I.A. Moeis bukanlah Abdoel Moeis Hassan. Mereka orang yang berbeda. Nama tokoh partai politik lokal era Reformasi yang menyandang nama Moeis (seperti Emir Moes dan Ananda Emira Moeis), bukanlah keturunan dari Abdoel Moeis Hassan. Keturunan Abdoel Moeis Hassan tidak ada yang menjadi politikus.
Harapan kita semua, ini adalah embrio dari jalan panjang Kaltim memiliki Pahlawan Nasional yang selama ini gagal diperjuangkan Pemda karena kurangnya bukti dan sumber sejarah. Makna Pahlawan Nasional bagi Kaltim hakikatnya merupakan bukti partisipasi dan pengabdian rakyat Kaltim dalam meraih, merebut, dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesuai cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.


Artikel Lainnya:
Seminar dan Bedah Buku Moeis Hassan Pejuang Kaltim
Moeis Hassan Calon Pahlawan Nasional dari Kaltim
Tragedi 1950 di Lapangan Kinibalu
Sejarah Peringatan Hari Pahlawan Perdana di Samarinda
Peluncuran dan Diskusi Buku Sejarah Tujuh Abad Kerajaan Kutai Kertanegara
Pua Ado, Kepala Polisi Banjar, dan Pangeran Bendahara di Samarinda Tempo Dulu
Ini Sebabnya Kita Pakai Nama Kalimantan, Bukan Borneo
Menyingkap Fakta Makam Tua di Samarinda

Demo Anti-Mega di Samarinda, 18 Mahasiswa Dipenjara

Bentrok Berdarah Mahasiswa Versus Polisi Samarinda 1998
Tragedi Kebakaran Dahsyat di Samarinda 1958
Mengintip Kehidupan Samarinda Bahari
Emansipasi Perempuan Kutai Zaman Dulu


Lihat semua artikel klik SejarahKaltim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar