Selasa, 31 Juli 2018

Dengan Abdoel Moeis Hassan, Walikota Samarinda Bisa Selamatkan Kaltim


Koran Samarinda Pos edisi 1 Agustus 2018 halaman 8 memuat berita berjudul "Usulkan Abdoel Moeis Hassan: Tokoh Revolusi Kaltim, Pergantian Nama Jembatan Mahulu". Almarhum Abdoel Moeis Hassan (bukan I.A. Moeis nama rumah sakit) adalah mutiara berkilau yang terpendam di dasar lautan terdalam.

Masih kanak-kanak zaman kolonial ia senang menonton tokoh pergerakan nasional berpidato di Samarinda. Masa remaja dihabiskannya dalam perkumpulan kepemudaan untuk kemerdekaan.

Aminah Syukur dan A.M. Sangadji pernah menjadi gurunya. Usia 22 tahun ia sudah menjadi pemimpin perjuangan diplomasi di Samarinda dalam gerakan kaum Republiken menentang NICA. Ketua Ikatan Nasional Indonesia (INI) Samarinda dan ketua Front Nasional merupakan jabatan yang dimandatkan kepadanya dalam masa revolusi kemerdekaan.

Tawaran uang untuk menjadi anggota pemerintahan boneka Van Mook ditolaknya. Moeis Hassan tak ingin sejarah mencapnya sebagai pengkhianat. Letjen A.H. Nasution pun mengakuinya sebagai orang Kaltim yang bersih dari kerja sama dengan Belanda tatkala sebagian orang Kaltim banyak yang turut membantu Van Mook mendirikan Federasi Kaltim 1947.

Gedung Nasional dan Tugu Kebangunan Nasional di Stamboel Straat (sekarang Jalan Panglima Batur) adalah saksi bisu perjuangannya. Bergabungnya Kaltim ke NKRI 1950 berawal dari tuntutannya bersama Front Nasional. Demikian pula, terbentuknya Provinsi Kaltim 1957 dimulai dari gerakannya mengadakan Kongres Rakyat Kaltim 1954.

Saat situasi nasional genting dan dalam status negara keadaan bahaya, pemerintah pusat menetapkan Moeis Hassan sebagai Gubernur Kaltim pada 1962. Panglima Kodam IX Mulawarman kala itu sebagai Penguasa Perang Daerah mendapat hak memutuskan calon gubernur terpilih dari dua nama yang diajukan DPRD Kaltim. 

Cagub yang disorong adalah Moeis Hassan dan IA Moeis. Panglima Kodam berkonsultasi dengan KSAD Letjen A.H. Nasution. Mereka tahu bahwa Moeis Hassan tidak pernah bekerja sama dengan BFO buatan Belanda sedangkan IA Moeis adalah anggotanya. Maka, pemuda 38 tahun bernama Moeis Hassan-lah yang di-SK-kan Presiden Sukarno sebagai Gubernur Kaltim periode 19621967.

Pendirian Universitas Mulawarman sebagai perguruan tinggi negeri pertama di Kaltim merupakan karya pertamanya. Pemberdayaan para putra daerah untuk mengabdi di birokrasi lokal pun dilakukannya. Muhammad Ardans (Gubernur Kaltim 1988
1998) adalah satu dari kader terbaik yang dihasilkannya.

Namun, malapetaka itu datang. Usai tragedi G30S di Jakarta, fitnah melanda. Moeis Hassan sebagai pengurus PNI dan pengagum Bung Karno difitnah mendukung PKI. Moeis Hassan disuruh mundur oleh sekelompok pendemo di Samarinda.

Tuduhan itu sungguh keji dan pada tahun 1966 itu juga tidak terbukti. Mendagri sudah memintanya bertahan, tapi Moeis Hassan sudah telanjur patah arang. Ia menarik diri dari aktivitas politik lokal. Ia mundur pada tahun keempatnya sebagai gubernur. 

Masa tuanya dihabiskan di ibu kota negara untuk berkegiatan sosial. Putra-putrinya tidak ada yang berkiprah di bidang politik. Ia hidup damai menikmati umurnya yang relatif panjang. Tidak pernah merokok seumur hidup dan jarang minum kopi menjadi pola hidup sehatnya. Tahun 2005 sang pejuang Republiken itu menghembuskan napas terakhir pada usia 81 tahun.

Kini, 2018, mutiara itu coba diangkat kembali. Walikota Samarinda bisa muncul sebagai penyelamat wajah Kaltim dengan menghidupkan kembali peluang tokoh Kaltim memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Hal ini penting supaya jangan sampai Kaltim berpredikat sebagai satu dari dua daerah yang "tidak berjuang" untuk kemerdekaan NKRI karena tidak ada yg diakui sebagai hero nasional.

Berkenankah Walikota Samarinda, Bpk. Syaharie Jaang menjadi penyelamat Samarinda dan Kaltim dengan menerima usulan kami untuk pengajuan calon Pahlawan Nasional Abdoel Moeis Hassan?

Penulis: Muhammad Sarip

Artikel Lainnya:
Seminar dan Bedah Buku Moeis Hassan Pejuang Kaltim
Moeis Hassan Calon Pahlawan Nasional dari Kaltim
Tragedi 1950 di Lapangan Kinibalu
Sejarah Peringatan Hari Pahlawan Perdana di Samarinda
Peluncuran dan Diskusi Buku Sejarah Tujuh Abad Kerajaan Kutai Kertanegara
Pua Ado, Kepala Polisi Banjar, dan Pangeran Bendahara di Samarinda Tempo Dulu
Ini Sebabnya Kita Pakai Nama Kalimantan, Bukan Borneo
Menyingkap Fakta Makam Tua di Samarinda

Demo Anti-Mega di Samarinda, 18 Mahasiswa Dipenjara

Bentrok Berdarah Mahasiswa Versus Polisi Samarinda 1998
Tragedi Kebakaran Dahsyat di Samarinda 1958
Mengintip Kehidupan Samarinda Bahari
Emansipasi Perempuan Kutai Zaman Dulu

Lihat semua artikel klik SejarahKaltim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar